Here I talk about my
father a lot. The one with black shirt, guitar and distortion. Yes, that one.
Bapak James Hetfield. And I talk about my mother a lot too. Neng Isye the first
lady. But I rarely talk about my brother. My closest muhrim.
Nama kakak saya Bima Ichsan Nur Zaman, yang sering kali saya panggil Abim. Saya mungkin beberapa kali menyebutnya di twitter… well, he’s my best frienemy. Hubungan kami humoris. Mungkin itu kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan bentuk relasi saya dan kakak saya. Dia 2 tahun lebih tua daripada saya. So basically we grew up together and through almost the same thing. Rute main sepeda yang sama, sekolah yang sama, permainan yang sama dan perlakuan dari orang tua yang hampir sama. Saya juga ingat dulu, dulu sekali Abim yang melindungi telinga saya dari teriakan dari luar, atau sering kali duduk di samping saya yang menahan tangis. Dia biasanya hanya diam. There’s no comforting words or holding my hands… Tapi saya merasa cukup. Mungkin sampai sini kalian akan bergumam, “Aw, how cute. Afeksinya manis banget.” But hell, dia jahil setengah mampus dan kerap kali melibatkan saya dalam beberapa masalah dengan Ibu. Misalnya, dia yang mengadukan saya pada Ibu ketika saya akan pergi ke konser Burgerkill. It supposed to be a secret, tapi dengan ringannya hal itu keluar dari mulutnya kemudian Ibu menjadi panik kalau saya akan terinjak di moshpit, lalu melarang saya pergi dan melihat itu, kakak saya tertawa terbahak. Ish. Begitu, dia jahil dan kerap melakukan celotehan-celotehan yang seharusnya rahasia………….
Abim itu zodiaknya Gemini.
Gemini dengan golongan darah O. jadi mungkin bisa kalian sedikit bayangkan bagaimana
konyol, usil, jahil dan betapa menyebalkannya dia. Saya dan dia di rentang
kepribadian dan selera yang berbeda. Berbeda dengan saya, abim lebih senang
menghabiskan waktu berlama-lama di warung kopi dengan teman-teman laki-lakinya
dan bertukar jokes seksis, bermain
poker, menjadi RW, merokok seperti kereta api, lebih suka kopi manis,
mendengarkan music yang ada di chart top 40s, dan lain-lain.
I knew him too well.
Saya tahu cerita cintanya dari A sampai Z. Saya bahkan ingat pacar pertamanya
yang bernama Gabriella yang biasa dipanggil Gabby. Gabby ini manis dan punya
tahi lalat di dagu. Atau pacar Abim ketika SMA, seorang perempuan popular yang
terlibat di ekstrakulikuler cheerleaders. Aduh.. ingin ketawa. I know his story almost every details, but
he rarely knows mine bahahahha. Kami
(hampir selalu) berbagi rahasia dan cerita-cerita bodoh sampai saya kadang
begitu khawatir dengan masa depannya. Tapi kemudian setiap saya mulai
mengkhawatirkannya, saya mengingat sebuah kalimat: “Trust issue kepada Tuhanmu sendiri? Astagfirullah.” Jadi begitulah, setiap saya mulai khawatir,
saya sebisa mungkin meyakini, bahwa kakak saya disayang Yang Maha Penyayang.
Akan selalu dalam lindunganNya.
Ah, saya juga pernah berikrar akan bersikap baik padanya seumur hidup dan menjadi adik yang waras untuk dia karena dia telah berjasa. Jasa dia sangat besar untuk hidup saya. Ya, dia adalah sponsor utama reuni saya dengan Ayahanda, Bapak Hetfield di GBK 25 Agustus silam. Abim mengeluarkan uang tabungannya untuk saya. Ikikikikik the perks of being a sister. Saya kadang diasuh olehnya, dijaga. Ah kadang juga Abim pamer maskulinitas di hadapan teman-teman saya yang laki-laki. Sikap konyol dan kerling matanya yang jahil biasanya langsung menghilang. Kemudian, muncul ekspresi itu: ekspresi dingin dan protektif. Haha. He’s my line in the sand when I go too far.
![]() |
Bima dan Bani di GBK~ |
No comments:
Post a Comment