HAI! apa kabar? Inget gak, tugas filsafat saya soal jatuh cinta yang nilainya C? Nah, ini semacam lanjutannya. Entah nilainya akan apa. Selamat membaca teman-teman :)
Isti Fatimah Nur Asyabani
1002060
Psikofenomenologi
Psikologi A
Rabu, 19 Desember 2012
Interpretasi Dunia
dalam Cinta
Sebelum
membuka pembahasan ini, ingin saya tekankan sebelumnya. Menurut saya, cinta itu
energi. Sesuatu yang tidak akan mati, hanya berubah pola dan wujudnya.
Bersaturasi, menjadi sesuatu yang lain, tapi jika diurai intinya tetap sama.
Cinta adalah salah satu pintu kelahiran yang baru selain garba ibunda. Cinta
adalah esensi, oleh karena itu dia bisa bertransformasi menjadi berbagai hal.
Menjadi manifestasi dari usaha. Dia mutlak, tapi bentuknya tidak selalu sama.
Lalu
bagaimana individu menginterpretasikan dunia dengan kacamata yang mereka sebut jatuh
cinta dan patah hati adalah sebuah fenomena yang menarik untuk dibahas dan
diperhatikan. Pertama ingin saya tulis sebelum membahasnya dengan lebih lanjut
: jatuh cinta dan patah hati adalah sebuah siklus. Seperti hujan.
Nah, bagaimana rasanya menyadari bahwa kita digerakkan oleh cinta (baik
dalam keadaan jatuh cinta ataupun patah hati) merupakan pengalaman personal
bagi setiap individu. Bagaimana mereka menerjemahkan dan menghayati partikel
tuhan yang ada di objek yang menjadi sasaran dari jatuhnya cinta mereka. Dunia
dan gravitasinya diinterpretasikan berbeda oleh tiap individu yang sedang
menyadari bahwa pusat dunia bukan dia. Tapi objek yang dia jatuhi cinta. Objek
yang menjadi pusat dari semua energi yang dia keluarkan. Jadi, bisa dikatakan
bahwa jatuh cinta adalah memfokuskan energi pada objek tersebut. Menjadikannya
sebagai gravitasi. Alasan dibalik perlakuan. Alasan dibalik usaha, dan alasan
dibalik perilaku. Menjadikannya sebuah tujuan.
Nah,
karena cinta adalah energi, maka sifatnya adalah merdeka. Bebas. Konstan. Tetapi
manusia pada dasarnya memang butuh klarifikasi dan pengkotakkan meskipun
menolak untuk hidup didalam kotak. Oleh karena itu manusia secara refleks
menolak segala sesuatu yang sifatnya abu-abu. Membuat semuanya ada didalam
ranah abu-abu sebagai sesuatu yang ambigu, tidak umum, tidak pasti. Dan segala
sesuatu yang tidak pasti merupakan salah satu sumber kecemasan karena
menimbulkan terlalu banyak spekulasi.
Kenapa
manusia cemas? Karena manusia yang tidak terima mereka memiliki hasrat untuk
memiliki dan cemburu. Pada dasarnya segala hasrat tersebut membuat manusia
merasa tidak manusiawi dan seperti binatang. Pada akhirnya manusia
mengglorifikasikan bahwa semua itu (kecemburuan, iri hati, dll) adalah
manifestasi dari dari cinta.
Kecemburuan
yang terjadi, yang dianggap merupakan manifestasi dari cinta, pada akhirnya
melahirkan perasaan baru. Yaitu perasaan tidak nyaman, tidak aman. Oleh karena
itu manusia berusaha untuk mencari rasa aman dengan cara mengikat objek yang
mereka jadikan gravitasi atau pusat energi cinta mereka. Padahal cinta berdiri
sendiri, tanpa nafsu, cemburu, dll. Cinta bukan barang, oleh karena itu tidak
bisa dikuasai. Dia bergerak bebas.
Dilain
pihak, ketidaknyamanan sebenarnya merupakan alat, atau fase yang memang harus
dilalui manusia untuk lebih mengenali diri sendiri. Ketidaknyamanan yang
merupakan hasil dari konflik adalah kunci dari kesadaran. Ketika kita makin
sadar, mengenai apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita
jalani, dan apa yang akan atau ingin kita jalani, adalah sebuah kunci. Kunci
untuk menjadi pribadi yang sadar. Menjadi pribadi yang mawas diri.
Oleh
karena itu, seperti yang telah saya tulis diatas : Cinta adalah pintu kelahiran
manusia yang lain, selain garba ibunda. Karena cinta dan segala proses dan rasa
yang terjadi diantaranya membuat kita makin memahami diri sendiri. Diantara
konflik tersebut, proses belajar terjadi dengan alami. Dan dari belajar, lahir
potensi lain. Cinta adalah pintu kelahiran dari kesadaran, yang memungkinkan
untuk menjadi alasan manusia lahir dari garba ibunda. Karena cinta adalah
sebuah siklus. Berputar.
Ketika
individu mampu memahami dan menerima semua konflik yang dirasakannya, maka dia
akan mampu memahami konflik yang dirasakan orang lain. Ketika mampu memahami,
dia akan mampu untuk berempati, dan akhirnya tahu apa yang harus dilakukan
untuk menanggulanginya. Menjadi individu yang bisa berguna untuk komunitas
sejatinya adalah individu yang baik. Itulah glorifikasi yang diharapkan dari
energi cinta. Membangun komunitas yang lebih sadar. Memahami kesadaran yang
kolektif, lalu bersama-sama berevolusi. Sebuah revolusi yang tidak dekstruktif.
p.s : ditulis dini hari. dengan backsound death cab for cutie - i will possess your heart.
p.s.s : desember tahun lalu manis sekali. desember tahun ini rasanya sadar :)
p.s.s.s : maaf, bukannya lupa. tapi akhir-akhir ini terlalu sering menghabiskan waktu di galaksi lain.