Thursday 5 December 2013

beautiful tranquility

Akhir-akhir ini saya sering berpikir tentang masa depan. Mungkin tidak akan terlalu jauh. Lima tahun dari sekarang. Klise sekali ya. Saya membayangkan, apa yang sedang saya lakukan. Apa kesibukan saya. Apa yang menarik perhatian saya. Dengan siapa saya belajar?

Akhir-akhir ini juga saya semakin yakin, kalau saya enggan menyandang gelar psikolog di belakang nama saya. Saya lebih memilih untuk menjadi ilmuwan psikologi saja, mendalami psikologi terapan. Psikologi seni. Saya mungkin lebih memilih untuk bermain dengan konstruk kesadaran manusia melalui seni. Meraba dasar ketidaksadarannya melalui petikan gitar, intonasi dalam pementasan monolog, sapuan kuas dalam lukisan, pemilihan suasana latar dalam sebuah film. Saya semakin menyadari kalau saya enggan duduk di depan klien, direntangkan jarak meja dan kursi. Lebih baik saya berjalan, dan kembali belajar memahami diri sendiri dan individu terkasih di sekitar saya dengan cara berkaca di tempat-tempat yang disediakan semesta.



Lima tahun lagi… nampak waktu yang lama. Namun saya percaya, itu  tidak akan begitu terasa. Since time flies, right? Dan saya baru saja ingat, kalau lima tahun yang lalu, tahun 2009 saya mengalami kontemplasi yang serupa. Penggunaan kata kontemplasi mungkin sedikit berlebihan. Semenjak saya hanya membayangkan saya akan kuliah dimana, mendalami ilmu apa. Dan sekarang, di sinilah saya. Mendalami ilmu yang saya bayangkan akan saya tekuni. Di tempat yang tanpa sadar telah saya pilih, jauh sebelum saya merencanakan akan saya bawa kemana ilmu yang saya pelajari ini.

Lima tahun lalu, saya ketika SMA, dengan serampangan menulis Psikologi UPI di kertas tujuan saya menuntut ilmu. Tanpa tahu latar belakang dari psikologi UPI. Tanpa tahu sistem yang berkelindan di antaranya, tanpa tahu stereotip yang mengikatnya. Saya menulis psikologi UPI di antara  hukum UNPAD dan astronomi ITB. Saya yang mendaftar ujian masuk mandiri tanpa niat khusus, tanpa persiapan. Bahkan pensil pun saya pinjam dari orang yang duduk di sebelah saya. Saya bahkan lupa, orang yang berbaik hati meminjamkan pensil cadangannya pada saya itu laki-laki atau perempuan. Saya yang tidur setengah dari waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. Saya yang pongah dan naïve. Haha saya sepertinya harus banyak minta maaf  karena terlalu banyak menantang magis semesta.

Tapi Dia yang Maha Merentang Gejala ternyata memang perencana yang tidak ada duanya. disediakanNya saya sebuah jalur untuk mempelajari ilmu yang terbaik untuk saya menurutNya. Ternyata Dia telah melihat apa yang akan terjadi di konstelasi saya. Apa yang akan terjadi di tahun 2010, dan apa yang akan terjadi setelahnya. Oleh karena itu, Dia menyediakan saya satu bangku untuk mendalami ilmu psikologi. Sebuah fasilitas agar saya belajar untuk mencari dan menyeimbangkan banyak hal. Belajar membentuk dan dibentuk. Belajar dari b sampai z. Meski kerap kali usaha saya dalam menyeimbangkan dan membentuk hal-hal tersebut gagal. Banyak error yang terjadi karena saya ceroboh, impulsive.. Namun tetap saja, segala prosesnya dan perubahan makna yang terus terjadi di antara peristiwa ini itu kerap membuat saya senyum sendiri.

Haha. Saya sering kali geleng-geleng kepala, apa jadinya jika saya lulus masuk fakultas hukum? Akan sekeras apa kepala saya? Akan sekuat apa saya membangun dinding pertahanan untuk melindungi diri dari diri saya sendiri? Akan seenggan apa saya untuk mengakui ketakutan saya sendiri? Lagi-lagi, Dia memang Maha Humoris.

Kopi di gelas saya sudah dingin, dan khayalan saya tentang lima tahun ke depan makin menyenangkan. Mungkin, jika jalannya dimudahkan oleh Dia, lima tahun ke depan saya ada di jalan menuju level kesadaran yang lebih baik. sedang berusaha untuk terus ada dalam harmoni, dengan semua aspek. Dengan diri saya sendiri, dengannya, dengan semesta.

see you  soon.
isti bani, biji gandum.

Saturday 23 November 2013

Saya Membaca, Kemudian Jatuh Cinta

Halo. Apa kabar?
Post kali ini lagi-lagi disponsori oleh sebuah pertanyaan di akun ask.fm saya. Lain dari biasanya, saya memerlukan waktu agak lama untuk menjawab pertanyaan ini. It took me 1 sks to answer this question. Pertanyaannya seperti ini: “neng, kenapa suka baca?”

Kurang lebih begitu. Karena pertanyaan ini, saya dengan sembrono—tanpa mempedulikan nyonya lambung yang sedari kemarin meriang dangdut—menyeduh secangkir kopi dan duduk di dekat kolam ikan di halaman belakang. Dengan dramatis… saya menatap ikan koi yang nampaknya hidupnya sangat tenang. Ah ibunda, satu pertanyaan singkat mampu menyeret anakmu ini ke lorong ruang dan waktu yang berbeda dengan realitas yang dipijak kakinya yang kecil.

Ikan berenang dalam kolam, dan saya berenang dalam memori. Mencoba mengingat. Kenapa ya saya suka baca? Kenapa saya berlari dari realitas lewat buku? Ih, tapi kan kata David Mitchell, baca buku itu bukan bentuk lari dari realitas, bukan bentuk eskapisme. Tapi adalah sebuah cara, supaya they can stop tscratching itself raw.

Jika itu bukan bentuk eskapisme, maka… postulatnya adalah: saya membaca sebagai bentuk sublimasi energi. Untuk meredakan kecemasan saya, untuk merentang kumparan konstelasi semesta lain di kepala saya, dan untuk mendekatkan saya dengan manusia lain. Mendekatkan saya dengan kamu.

Saya suka membaca karena membaca mengantarkan saya ke sebuah pintu bernama posibilitas. Dari sana saya belajar menyusun makna dan berpindah dari satu makna ke makna lain. Dari sana saya meraba lapisan kontruk kesadaran berbagai macam manusia. Manusia yang pada akhirnya saya kagumi proses-prosesnya. Dari sana saya belajar mencintai. Dan dari sana, saya belajar menulis.

Ijinkan saya bercerita, buku cinta pertama saya adalah sebuah dongeng anak-anak. Dengan ilustrasi cat air yang indah. Satu paket buku dongeng H.C Anderson sebesar kurang lebih 1 meter. Saya dengan takjub menatap ilustrasinya, dengan terbata-bata belajar mengeja karena ibu saya sudah lelah membacakannya untuk saya. Jika sudah dengan buku itu saya lupa waktu. Setelah itu, ibu membelikan saya banyak buku dongeng lain. Dalam basa Sunda. Ah saya begitu ingat dongeng Nini Anteh yang menenun kain di bulan, dan Budak Pahatu Lalis—sepasang kakak-beradik yatim piatu—yang berjalan di hutan. Buku-buku dongeng basa Sunda sudah habis saya baca. Saya mulai bosan. Akhirnya, ibu membelikan saya buku dongeng lain. Buku dongeng yang ada dalam Al-Quran. Saya berkenalan dengan pasangan Adam dan Hawa. Berkenalan dengan Muhammad kecil yang gemar mendengarkan cerita dari Kakeknya yang kharismatik di bawah hamparan langit berbintang.

Tak lama, buku dongeng dalam Al-quran itupun selesai saya baca. Enggan kehabisan bahan bacaan, saya mulai menjelajahi rak buku Ayah saya. Kemudian menemukan buku dengan sampul indah. Judulnya pun meskipun sendu, terdengar indah: Sayap-Sayap Patah. Di sana, saya kembali jatuh cinta. Mungkin saya tak paham isi bukunya, namun tetap saja. Aksara yang tertera di buku itu, membuat saya tak bisa berhenti membaca. Rasanya indah tapi menyedihkan. Rasanya aneh. Karena penasaran, saya bertanya pada Ayah saya. Siapa penulisnya. Ayah saya berkata, penulisnya bernama Kahlil Gibran. Seorang penulis asal Lebanon. Saya belum tahu, dimana itu Lebanon. Dan siapa itu Kahlil Gibran. Tapi tetap saja terdengar seperti seorang penulis dari negeri khayalan.

Duduk di bangku sekolah menengah, saya mengalami cinta monyet saya yang pertama seperti remaja pada umumnya. Saya jatuh cinta pada seorang pria. Saya jatuh cinta pada sosok Mpret yang dilukiskan Dewi Lestari dalam buku seri supernova: Petir. Saya jatuh cinta pada matanya. Saya jatuh cinta pada sikapnya yang peduli. Di masa ini juga saya berkenalan dengan Raden Mas Minke. Berkenalan dengan Harry Potter. Saya curi-curi membaca cerita perjalanan hidup Raden Mas Minke di pelajaran PKN ketika kelas dua SMP. Haha, saya duduk di bangku paling belakang, membaca sambil mendengarkan lagu Simple Plan – Perfect. Baru beberapa tahun kemudian saya menyadari bahwa Mingke tidak grew up according to his parent’s plan. Bhahaha. Betapa semesta in sync sedari dulu. Jauh sebelum saya menyadari kekuatan magis yang berkelindan di antaranya.

Saya jatuh cinta berulang kali. Saya membaca, kemudian jatuh cinta. Untuk meredakan sakitnya, saya menulis. Saya kembali ingat bahwa saya jatuh cinta sesering itu karena pertanyaan singkat tadi. Betapa manusia pelupa. Karena manusia pelupa maka kalimat pertama yang diturunkan oleh Dia Yang Maha Pengasih adalah: “Bacalah. Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”. Karena manusia pelupa—dan racun paling bahaya adalah lupa—maka Dia menyebar banyak pesan agar kita kembali ingat. Jadi saya mencoba untuk menelusuri ketidaksadaran kolektif yang berkaitan erat dengan pesan-pesanNya yang tersebar dalam buku-buku.

Saya suka membaca, karena itu mengantarkan saya pada menulis. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya menulis untuk meredakan rasa sakit akibat jatuh cinta. Jadi bagi saya, menulis adalah sebuah sarana. Anggap saja saya menulis sebuah peta agar saya tidak tersesat. Agar saya ingat, apa yang sama mau dan kemana arah yang saya tuju. Agar saya tidak kehilangan diri saya sendiri selama perjalanan.

Jadi, sekian renungan satu sks saya mengenai kenapa saya suka membaca. Mungkin ada beberapa hal yang terlupakan. Tapi kan manusia memang pelupa. Jadi ya…. sudahlah. Sekian dan terimakasih.

See you soon.
Isti Bani, Kacang Kedelai.

Monday 26 August 2013

BAPAK SAYA NYATA! BUKAN MITOS #MetallicaJKT

Kemarin ketemu bapak. Bapak imajiner saya. Iya jarak saya dan Bapak saya itu mungkin ada lima puluh meter. Setara sama sungai dan bantarannya. Semacam jarak yang harus dijaga antar sungai dan pemukiman warga supaya gak kena banjir. Dan nampaknya jarak antara tribun tempat saya teriak, menyanyi, headbang dan hampir menangis dengan panggung tempat Bapak berdiri memang harus dijaga. Supaya saya tetep waras.

Apa Pak? Bapak mau denger saya bilang apa? Tadi malem Bapak luar biasa ganteng. Lihat Bapak udah ganteng banget padahal cuma pakai kaos warna hitam polos bikin saya mikir, "Allahuakbar...... Ganteng banget." Dan saya fix suka laki-laki dengan kaos hitam polos. Arketip. Arketip baru.
Foto Bapak diambil dari web official Metallica


Tapi maaf, 2 minggu sebelum Bapak datang ke Indonesia, pulang ke rumah buat ketemu saya dan keluarga yang lain, saya malah jarang mendengarkan suara Bapak. Saya malah asik sama vokal jazz swing Oma Blossom Dearie. Maaf Pak, bukannya nggak sayang. Bukan gitu. Anggap saja saya puasa mutih Pak. Puasa mutih dari lengkingan suara Bapak, ketawa usilnya Bapak, dan raungan distorsi Bapak dan Om-Om metallica lainnya.
Sengaja mutih, supaya nanti datang ke tempat saya dan Bapak reuni dalam keadaan perawan. Perawan distorsi. Dengan telinga suci. Bapak…. Tau gak? Saya ngantri, jalan jauh, dilarang bawa minum (padahal Bapak tau kan saya minum air putih sebanyak apa -_- udah semacam sapi mau diglonggong aja.) Tapi saya ikhlas. Karena semua penantian itu indah.

Jujur, pas liat jarak tempat saya duduk sama Bapak kecewa. Kecewa. Jauh…. Sedih. Saya mau ada di dekat Bapak. Melihat Bapak sedekat mungkin. Sedih… Asli sedih. Saya baru sadar jaraknya sejauh itu pas abang-abang seringai ada di atas panggung. Sedih. Tapi begitu Bapak naik, panggungnya tiba tiba megah. Kemegahannya menjadi nyata. Luar biasa. (Terimakasih untuk bigscreen LED yang menampilkan muka Bapak sama Om-om dengan jelas)

foto diambil dari web official metallica.

Dan disana, pas Bapak naik ke atas panggung. Saya jatuh cinta lagi Pak. Jatuh cinta untuk yang kedua kalinya. Saya jatuh cinta sama suara, senyum, humor, dan kegaringan Bapak. Jatuh cinta sama Bapak satu paket. Selama Bapak di atas panggung dan bernyanyi, saya merasa Bapak sedang mengingatkan saya tentang dongeng-dongeng masa kecil yang Bapak lantunkan untuk mengantar saya tidur. Itu apa Pak? Terdengar seperti cinta.

Pak… Magis. Rasanya magis. Luar biasa. Pak, setiap Bapak ketawa, “Mehehe!” atau sekedar senyum… Allah. Detik berhenti. Saya langsung lemes lutut. Belum pernah lemes lutut gara-gara laki-laki sebelumnya. Dan lemes lutut karena Bapak sendiri adalah sebuah kehormatan. Saya takjub, luar biasa takjub melihat Bapak seperti nggak pernah lelah. Sedangkan saya di tribun ikut nyanyi sama Bapak, tiga lagu terus ngos-ngosan. Tapi tiba-tiba inget cerita Son Goku yang minta bantuan dari seluruh penduduk bumi berupa energi dengan cara angkat tangan, supaya bola semangat yang dia buat untuk mengalahkan manusia iblis bhu semakin besar. Mungkin Bapak juga gitu ya. Minta kita buat teriak, buat angkat tangan. To horns up. Karena Bapak butuh energi kita. Dan saya tanpa ragu akan menggadaikan semua energi saya untuk Bapak. Dan saya yakin, yang bersedia menggadaikan energi bukan cuma saya Pak.

Tulisan ini juga dikutip dari web official Metallica
Saya percaya Bapak bisa merasakan keberadaan saya. Teriakan saya. Walaupun jarak kita jauh. Bapak….. Terimakasih buat kemarin. Terimakasih pesannya sudah diterima dengan baik. Pas Bapak minta saya buat berhitung sampai empat, saya tahu Bapak mengingatkan saya untuk lulus kuliah empat tahun. Iya, saya akan berusaha sekuat tenaga Pak. Saya akan jadi perempuan pinter yang tepat guna dan berguna buat orang lain. Bapak tenang aja.

Pas saya teriak “WE WANT MORE! WE WANT MORE!” Bapak melakukan gesture mau pergi tidur. Iya saya tahu Bapak mengingatkan saya untuk tidur normal. Untuk berhenti jadi nocturnal. Untuk mengembalikan jadwal tidur saya dengan normal. Untuk lebih concern  sama kesehatan badan saya.

Bapak, ternyata prediksi saya tepat. Mata berkaca-kaca. Air mata nyaris menetes pas Bapak dan Om-om membawakan lagu nothing else matter. Menyaksikan lagu ini live, ada di venue pas Bapak nyanyi… nggak bisa diungkapkan pakai kata-kata. Iya Pak, mulai sekarang saya bakal mencari dan menjalani dengan dia yang akan diajak berbagi lagu ini dengan lebih serius. Saya akan ditemukan dan menemukan the one to say “trust I seek and I find in you.” Karena syaratnya sudah dipenuhi. Melihat Bapak menyanyikan lagu ini secara langsung. NYATA. NYATA.


Terimakasih Bapak. Terimakasih sudah mengingatkan saya. Saya akan belajar dengan lebih serius.

p.s : gak peduli. kalian mungkin tambah mikir saya freak. ada waham. having another odd believe, odd thinking. tapi udah sah! INI UDAH SAH. FOREVER TRUST IN WHO WE ARE. AND NOTHING ELSE MATTER!!!! reuninya luar biasa manis. :') <3>

Wednesday 31 July 2013

#sweets Day Out.

Kalian inget mereka kan? #sweets! Bahahaha bangke, udah gak peduli orang bilang apa. Kepada sweety boy yang terus berganti, kami berterimakasih untuk jasa fotografer gratisnya. We love ya! Ahahaha~











ini foto hasil jumpa peluk toyor tawa kami tanggal 26 juli dan 30 juli kemarin. Juara dunia. Tanggal 26 Juli, dini ariani si creamy strawberry itu bilang isti bani sebagai cewe hijab emo. (padahal semua orang tahu isti bani cewe hijab grunge mahahahaha apaaaaaaaaaa cobaaaaaaaaa)
Kemudian tanggal 30 juli karina sartika si honey bilang, "Eh bukannya usus isti bolong gara-gara kopi yah?", saat isti bani nyeruput americano. Hahahaha ibu, padahal usus banijump kan nggak bolong gara-gara kopi yah ;)

SAMPAI JUMPA LAGI~~~

P.s : Ah kalian ini adiktif.
Diunggah dengan lagu latar : stevie wonder - overjoyed. :p

Monday 29 April 2013

Probabilitas


  Sampai waktu yang tidak di tentukan, isti bani memutuskan untuk berjalan sebentar dan meninggalkan rumah-rumahnya di dunia maya. Ada distorsi di kepala yang rasa-rasanya harus diselesaikan. Entah bagaimana caranya.
  Dan satu hal yang pasti, menyelesaikan bukan dengan cara menghabiskan waktu disini. Mungkin salah satu cara yang pertama kali harus dilakukan adalah memotong komunikasi.
Komunikasi dengan beberapa sisi.
  Bagaimana bisa seseorang yang begitu menahan marah, ingin memaki dan membenci orang-orang, dan meneriakan sesuatu yang gak begitu enak didengar telinga malah balik meneriakan, marah, dan membenci diri sendiri?
Membenci diri sendiri for being this naïve…
Marah pada diri sendiri for believing all of those cliché in life.
Marah karena membiarkannya tumbuh di dalam diri, dan mencuri sebagian oksigen.


  Kalau saya tidak berhenti bicara disini, mungkin saya tidak akan berusaha untuk menyelesaikannya, dan hanya akan mengeluh soal itu. Meskipun manusia diciptakan dengan sifat berkeluh kesah, sebisa mungkin saya akan menghindarinya. Saya akan merunut benang ini, dan menyelesaikannya. Meskipun ada yang bilang jika kita berputar dan balik arah, belum tentu kita ada di tempat dimana kita memulai perjalanan. But at least I try. I ought to try. Untuk pemahaman diri sendiri yang lebih baik. Untuk pemaknaan yang lebih baik. Karena makna selalu artifisial, jadi saya memutuskan untuk mencari makna baru.
  Sampai ketemu lagi, ketika saya dan ‘sense’ saya sudah kembali normal. Berhenti bangun dini hari, dan mulai menikmati tidur yang lebih baik.

p.s : temukan saya sedang mencarinya di ujung pelangi, di galaksi lain.

Friday 12 April 2013

Sebaiknya, Bung Tanyakan Saja Sendiri pada Rumput yang Bergoyang

    Kepalanya berantakan. Gara gara satu pertanyaan di halaman ask.fm/banijump. Dan jangan tanya kenapa bikin ask.fm. Huhu, jadi ceritanya kemarin ada yang nanya, gimana menurut saya soal sosialisme demokrasi. Dijawablah kalau menurut saya itu isme kiri yang aman.
   Oke… detik mulai membanjiri isti bani yang melupakan soal pertnyaan itu dan mulai membaca bahan uts psikoterapi. Lalu sampai di bagian dimana Prof Tarjo bilang kalau psikoterpi ini tidak menggunakan metode pedagogis (secara tidak langsung menentang pendapat pencetus psikologi klinis), tapi salah satu jenis terapi ada yang re-educative therapy. Kan bingung yah. Paradoks. Semacam yang tadi tuh, sosialisme demokrasi. Komunal kok demokrasi. Apa konsep demokrasinya hanya sebagai pemanis? Apa pemaksaan penyamaan warna dalam kedok komunal ini ditutup dengan kata 'demokrasi'? Paradoks. Eh, loh. kok jadi kesitu lagi?
Okay, stop it you. Stop. Thinking. S....T....O...P and go get some sleep.
   Terus isti bani pergi tidur. Rencanaya tidur. Tapi malah mulai kembali berpikir soal sosialisme demokrasi. Gimana dia komunal, tapi tetep demokrasi. individual, independen, tapi attachment tinggi. Sebagai unit, tapi sub unit. Kenapa begitu abu-abu? Ih. 
   Oke, akhirnya isti bani ketiduran. Bangun subuh, mandi dan siap siap pergi ke kampus. Ada uts yang harus dihadapi, dan roleplay rorschach yang harus dijalani.
Pergi ke kampus… naik angkot. Oke, duduk  nyalain mp3 player dan mulai me-recall apa yang dibaca buat uts. ”Jadi tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat defense mechanism, isme…. Isme… jadi sosialisme demokrasi memang iya isme yang aman? Apa yang membuat dia aman? Gimana bisa dia aman? Dia semacam dua sisi mata pisau. Semacam menanam jinchuriki di Naruto atau Gaara. Memang bisa dia aman? Apa term and conditionnya supaya isme itu supaya jadi sumber sekuritas?”
Kan.. apa yang dipikirin ujungnya itu lagi mana sekarang dicampur Naruto. "Brain, please. Ini bukan saat yang tepat." bisik saya pada diri sendiri
   Mulai uts, sayup-sayup lagu les enfants du paradise dari world's end girlfriend berputar di pemutar digital. hmmm hening.. ada soal, apa perbedaan landasan filosofi eksistensialisme dan sosilogi dalam memandang hakikat manusia?
   Hm… eksistensialisme intinya dignity and worth, bagaimana individu menghargai dirinya sendiri, mengembangkan motif dan menjadi pribadi yang lebih baik.. kalau sosilogi apa ya…
Sosiologi, sosial… sosialisme demokrasi…. Memandang hakikat manusia sebagai.. individu yang bebas bertanggung jawab. Dimana individu memiliki kebebasan namun dibatasi oleh kebebasan orang lain. Oke… jadi ini bisa efektif? Tapi apa kebebasan itu subjektif? Apa dia bisa dikuantifikasi?
“lima menit lagi.”, kata bu tina tiba-tiba.
   OKAY. Kebut dulu ngerjain utsnya.
Ini aneh. Saya tidak suka jawaban saya di ask.fm, begitu superfisial. Iya isti bani kepalanya penuh msg gara gara kebanyakan makan cuankie. Jadi mikirnya datar sekali. -_-
   Dan isti bani juga gak suka kepalanya ribut seperti ini. Dimana sebuah pertanyaan meretas pertanyaan lain. Jika di kehidupan yang lalu syaa adalah kucing perliharaan Kurt Cobain, maka: Yes. Curiousity did kill the cat.

Thursday 21 February 2013

Debu Bintang di Konstelasimu


Halo apa kabar?
Iya, sekarang isti bani usianya ganjil 21 tahun. 21 angka ganjil kan? Jadi kalian gak usah repot-repot protes, haha. Isti bani menulis ini dalam kondisi dismenore, jadi kalau lebih ngelantur dari biasanya, mohon maklum ya.
Hari ini dapet kabar kalau nilai psikometri C. tapi memang saya gak pernah suka statistika, jadi ya sudah. Mari biarkan dia jadi C saja. Karena isti bani dan kurva bagai ikan koi dan ikan sapu-sapu. Ada di lingkungan yang sama tapi tidak berminat sama. 


Hari ini juga isti bani makin yakin kalau semesta adalah sebuah rahim seorang perempuan yang cantik. Di dalam rahim itu kita berenang bersama di kumparan konstelasi yang berujung melahirkan berjuta kontemplasi. Konstelasinya nggak cuma ada di langit, tapi juga di darat. Di tanah yang kita semua pijak. Dan di kumparan konstelasi yang membentuk sebuah pola yang sangat rumit tapi hampir tak pernah bertabrakan itu, hiduplah kita. Berdampingan, berimpitan dan beriringan dalam jalur-jalurnya yang linier. Dan suatu hari nanti mungkin di konstelasi yang kita pijak dan kita jalani, kita akan berpapasan dengan sebuah bintang. Yang terasa sangat nyata, menawarkan sesuatu yang rasa-rasanya begitu nyata. Tapi faktanya kan bintang yang berkerlip di langit itu meledak jutaan tahun yang lalu ya? Jadi kedipan dan cahaya yang kita lihat terjadi ribuan tahun lalu. Ada di masa lalu.

Nah, jika bintang yang kita temui ini konstelasinya ada di tanah, apa ceritanya akan berbeda? Apa dia sesuatu yang terjadi sekarang? Hari ini, saat ini, detik ini? sesuatu yang nyata dan bukan ilusi?

IH. Oke, cukup untuk hari ini. 

Selamat tidur nyenyak :)

"But you can skyrocket away from me. And never come back if you find another galaxy. Far from here with more room to fly. Just leave me your stardust to remember you by."

Friday 15 February 2013

Distorsi Imajiner

Ini hari jumat, pukul 21:42 Waktu Indonesia Bagian Barat. Hari ini isti bani diam di rumah, err not really diam di rumah juga sih. Pergi makan siang keluar sebentar, karena di rumah gak ada makanan. Mau masak mie instan tapi niatnya diurungkan dengan alasan : belum mau mati. Oke, itu berlebihan. But whatever.

Malam ini rencananya saya mengerjakan tugas mata kuliah kesehatan mental. Ya! Sehat mental. Ayo ibu-ibu mentalnya udah sehat belum? Kalau masih suka demam sedikit gak apa-apalah. Wajar.

Tapi, alih-alih mengerjakan tugas, disini lah saya. Tersesat di dunia maya yang mencoba merangkum dunia nyata dalam sebuah balutan akses yang humoris. (humoris menurut saya tentu saja). Balutannya memotong jarak yang dipisahkan lautan, namun membentang jarak yang hanya dipisahkan kecamatan, atau bahkan meja kopi sekalipun. Apa coba ya.
Oh iya, jadi ditengah-tengah baca artikel untuk tugas, dan buka-buka buku babon kepribadian (introduction to theories of personality by calvin s. hall and gardner lindzev), juga buku abnormal (abnormal psychology, current perspective by Lauren b. alloy) kepala saya malah melakukan wawancara imajiner, dengan pewawancara yang imajiner pula pastinya.

Begini cuplikannya :

X : Halo isti bani, apa kabar?
I : cukupan.
X : cukup apa?
I : cukup lucu, cukup umur.
X : hm.. jadi sekarang apa yang sedang isti bani pikirkan?
I : otak.
X : memangnya otak kenapa?
I : tadi baru saja baca artikel, otak beratnya cuma 1,5 kg dan kenyal seperti jell. Atau seperti tahu. Oke saya lebih suka tahu. Dia sederhana, lembut dan pengertian. Nah jadi….
X : maaf memotong anda, isti bani. Tapi yang baru saja anda bahas itu organ tubuh atau manusia? Kok sederhana, lembut dan pengertian?
I : ya organ tubuh yang seperti tahu. notabene ada di dalam seseorang dan menjadi pusat mengapa dia bisa memiliki kepribadian yang sederhana lembut dan pengertian dong.
X : hmm. Jadi tahu baik hati?
I : iya, tahu baik hati. Produk olahan kacang kedelai yang jenius kalau menurut saya.
X : jadi apa kaitannya tahu dan otak?
I : eum.. sama-sama kenyal. Dan otak butuh nutrisi dari tahu. Dan yang memikirkan bagaimana cara membuat tahu itu otak. Semacam simbiosis mutualisme. Don’t you think?
X : terserah apa kata anda saja. Lalu sekarang apa yang menyita banyak waktu anda?
I : entah. Mungkin baca buku. (as always)
X : apa masih sebagai salah satu bentuk anda untuk lari dari kenyataan?
I : haha, bisa jadi begitu. Tapi itu juga salah satu cara saya untuk siap menghadapi kenyataan. Seperti yang Jung bilang, kejadian tidak berarti apapun, kita yang membuat maknanya. Dan makna tersebut selalu artificial. Jadi ya latihan dulu lah untuk interpretasi banyak hal dari banyak sisi juga.
X : hal-hal yang mengesalkan jadi anda pikirkan ulang, kemudian membuat makna baru. begitu?
I : kurang lebih begitu.
X : pada saat apa anda memikirkan hal-hal tersebut? Apa anda menyediakan waktu yang spesifik
I : tentu saja saya menghindari memikirkan hal-hal yang mengesalkan itu menjelang tidur. Karena kontemplasi menjelang tidur itu seperti nina bobo yang tak merdu. Membuat anda tidak bisa tidur, dan memperburuk keadaan. jadi biasanya saya memikirkan kembali hal-hal tersebut dalam keadaan lelah. kemungkinan besar pasca mengerjakan pekerjaan domestik. Ibu rumah tangga, haha.
X : apa yang paling senang anda kerjakan saat kesal?
I : kalau kebetulan lagi ada di luar rumah, pergi dari tempat kejadian yang bikin kesal, dan jalan kaki sampe lelah. Melihat orang-orang di jalan dengan segala kesibukannya membuat saya tenang. Kalau ada di rumah, pergi ke mesin cuci dan mulai mencuci baju, lalu saat mesin berputar saya akan mencuci piring atau mengepel lantai. Itu coping stress yang lumayan efektif.
X : coping stress? Anda yakin? Bukan salah satu bentuk dari mekanisme pertahanan diri?
I : tricky, tapi bisa jadi keduanya. Ya itu adalah cara  mekanisme pertahanan diri sekaligus coping stress untuk saya. Karena mekanisme pertahanan diri adalah bagian dari coping stress.
X : apa yang membuat anda stress, isti bani?
I : entah, banyak hal. Kebanyakan hal kecil. Kebanyakan lagi sesuatu yang penting. Entahlah. Dalam satu titik saya kadang merasa terlalu santai menjalani hidup. Dan di sisi lain, saya merasa saya harus santai dalam menjalani hidup. Saya tidak ingin terburu-buru dan kehilangan detail penting yang suatu hari nanti di masa depan kemungkinan akan saya sesali. So… lots of thing come and go on my brain. Its just like a shelter.
X : tapi, kenapa displacement yang anda pilih sebagai mekanisme pertahanan diri?
I : entah. Mungkin karena saya rasa banyak manfaatnya. Gila aja kan, saya kesel, kemudian rumah jadi bersih dan rapih. Saya kesal, kemudian jalan sore. Sehat. Haha. Seriously, mungkin karena saya rasa di dunia ini semuanya energi. Jadi ya sudah, salurkan saja energinya ke tempat lain, yang diharap lebih positif ya. Mungkin saya juga melakukan pertahanan diri yang lain tanpa sadar. Seperti proyeksi dan lain-lain. Namun saya sering merasa kalau displacement ini lebih menyelesaikan masalah.
X: Apa lagi yang biasanya menghibur anda ketika merasakan sedikit tensi?
I : air putih. minum satu liter air putih. makan jeruk. peluk ibunda. mendengarkan metallica. atau peluk dispenser. ini tidak termasuk fetish kan? haha. galon air dan mesin cuci fond me in some twisted way.
X : apa anda sekarang cemas?
I : lumayan.
X : mengenai hal apa?
I : masa depan. klise, naive. Dan merancang masa depan adalah salah satu bentuk eskapis. Begitu yang saya baca. Dipikir-pikir betul juga. Apa yang membuat kamu begitu merasa insecure hingga merencanakan masa depan sebegitu rupa?
X : hm….
I : jadi, paradox yah. Kita dikatakan berada dalam sebuah kotak. Tapi sebenarnya kita tidak tahu bentuk dan ukuran kotaknya seperti apa. Apa kita harus keluar dari kotak ini?
X : er.. entah. Oke, selamat malam isti bani. Segeralah minum kopi dan redakan distorsi di kepalamu.
I : oh terimakasih. Saya harap begitu pun, kafein. Saya cinta dia. Dan mencintai dia membuat saya sakit beberapa kali. Ah well, to love is to suffer anyway ;) selamat malam juga.


p.s : selamat malam. iya, isti bani sedang begitu takut.
p.ss : ditulis sambil #mendengarkan explosions in the sky - it's natural to be afraid (the paper chase mix)

Wednesday 23 January 2013

Nada - Nada yang Minor

halo. jadi beberapa waktu ini, isti bani nggak menulis. mungkin karena terlalu asik tenggelam di karya orang lain. terpesona pada sureal dan kedalaman yang ditulis orang lain sampai terlalu nyaman, dan hampir lupa untuk merajut sendiri.  dan ini adalah beberapa nada minor yang ditulis di tumblr. di bawah caption lukisan atau foto orang. beberapa kalimat cheesy. ah. ya, sekedar membayangkan itu sebagai ilustrasi yang tepat untuk kalimat-kalimat itu. beberapa terlalu gombal, bahkan sepertinya bukan isti bani yang menulis. mungkin seseorang di dalam sana. *menerawang dangdut* bahahaha. ini saya convert ke sini ya. next time, i'll write you something. soon.

Michelangelo Merisi da Caravaggio - Narcissus (1599)

"Gelap. berusaha untuk melihat apa yang kamu lihat dari saya. Apa yang kamu suka, dan apa yang kamu hindari. Apa yang kamu khawatirkan akan meluap atau meledak dari dalam diri saya. Saya suka berkaca dalam gelap sambil berpikir, kenapa semuanya nampak begitu lucu. Saya membenci hal yang kamu pikir itu indah. Dan secara ironis menganggap semua yang kamu khawatirkan itu sebagai sesuatu yang magis, romantis, indah."



"percakapan diantara kopi, oh bukan, diantara teh hangat. sedikit hujan dan tangan kita sama-sama memegang buku. tapi kita malah berusaha untuk saling membaca. apa yang tertulis di matamu, dan terlintas di kepalamu. aku dengan dongengku, dan kamu dengan sejarahmu. dua hal yang berjalan di setapak masa lalu. berbeda. saling melengkapi namun beririsan tipis. pertemuan ditengah garis dalam jangka waktu sepersekian detik. syahdu dan semesta terasa berhenti berputar pada porosnya. kamu dan aku di hari selasa yang dingin. berbicara sambil saling menatap dasar cangkir. bulu matamu cantik."



"kepadamu aku akan berlabuh, dengan segala peluh pasca semua pengembaraan yang terjadi. disana, disini. di lintang yang sebenarnya aku rajut dengan keraguan. keraguan untuk terus berjalan, atau berhenti. berhenti selamanya, atau berhenti sebentar. aku, kamu, memang hanya memiliki satu tugas : menjalaninya dengan sungguh-sungguh. pelan tapi pasti juga tak apa. tiga puluh kilo meter per jam bersama kamu rasanya.... syahdu. :)"

Milenko Stevanovic

"kenapa kamu susah tidur? apa yang membuat resah, mengapa begitu gelisah? tenang. saya dan kamu akan baik-baik saja di kepala saya. akan selalu baik-baik saja. meski kamu nanti bergeser ke orbit lain dan membenci saya. tapi saya akan berusaha untuk memandang kamu dengan cara yang selalu sama. menjadi tempat kamu pulang."


udah ah, dadah. bentar lagi post deh yang sedikit lebih isti bani.


p.s : .... satu kata yang diawali huruf R. hehe.
p.ss : #nowplaying hollywood nobody - telescope.