Hari berlalu dan minggu berganti setelah terakhir kali dia menulis surat. Dia sekarang genap berusia 24
tahun. Beberapa waktu sebelum hari ulang tahunnya, dia pergi menemui manusia
berjas putih yang ahli mengintip bagian dalam organ tubuh manusia. Katanya di telurnya ditemukan bagian
dari dirinya yang seharusnya tidak ada di sana. Karena itu, dia disarankan untuk
menelan obat yang memanipulasi sistem di tubuhnya. Agar produksi sesuatu tidak terlalu sesuatu yang mengakibatkan badannya jadi sesuatu. Begitu katanya.
Oke. Dia tidak ingin terlihat
tidak baik-baik saja. Oleh karena itu sampai detik ini dia berusaha untuk
menulis sesuatu yang lucu, tentang bagaimana dia menahan tawa ketika
memperhatikan hal-hal absurd yang dipajang oleh manusia berjas putih itu di
ruang tunggu, tentang satu efek samping
absurd dari sekian efek samping yang menyeramkan. Tentang bagaimana dia berusaha
untuk tetap menemukan hal-hal lucu untuk dia tertawakan di sela-sela hal yang
merisaukan. Tapi dia tidak menemukan susunan kata yang pas untuk hal-hal lucu
itu. Dia tidak bisa menampilkan hal lucu yang dia reka di kepalanya. Sungguh.
Begitulah, akhirnya dia sadar sampai
usia ini pun masih sering berlari. Kabur seperti anak kecil. Dulu garang. Menyalak.
Sekarang tertawa. Bercanda. Itu yang akan dia lakukan ketika alarm bawah
sadanya berdering untuk memperingatkan bahwa ada sesuatu yang mungkin akan
menyakitinya. Mendengar dering alarm, dia akan memperhatikan sekeliling lalu
mencari bahan untuk tertawa, setelahnya pergi. Tidak pasti ke mana. Dulu dia
pergi bermain dengan arketip tokoh dongeng laki-laki favoritnya. Lalu dia pergi
bermain dengan warna dan menanam pohon di mana pun dia mau, di antara
percakapan atau untuk mengenang percakapan. Lalu dia pergi ke taman dan
menghabiskan waktu dengan Gabrielle sambil bercerita hal-hal lewat nada-nada
monokromatik yang itu-itu saja. Kemudian sekarang dia berlari dan menghabiskan
energinya di lantai; mengangkat kaki, duduk di kursi bayangan, berpura-pura
terbang dan lain-lain.
Berlari. Dia masih kerap berlari
ketika ia merasa tamengnya akan luruh di depan orang-orang. Bahkan di depan
mereka yang dia sayangi. Kadang dia lupa, bahwa dia, lagi-lagi, bukan perawan
perak, si Joan of Arc. Kadang dia lupa kalau dia juga perlu dijaga dan perlu
untuk dielus ketika dia jatuh atau sakit. Ketika dia takut atau dia sedih.
Kadang dia lupa bahwa manusia selalu seperti koin. Memiliki dua sisi. Tapi dia
melulu menampilkan satu sisi sehingga menampilkan sisi lain yang bersebrangan
membuatnya merasa tidak aman. Membuatnya semakin khawatir. Dia lupa bahwa bersikeras hanya
menampilkan satu sisi dan menyembunyikan sisi lainnya akan melukai mereka yang
dia kasihi dan mengasihinya ketika mereka melihat kenyataannya. Dia lupa bahwa
sikapnya yang keras untuk terus menampilkan satu sisi itu malah membangun jarak
dengan mereka. Dan……. Jarak kadang membuatnya merasa sepi.
Sepi adalah makanan favorit si
monster alam bawah sadar yang tinggal di bawah kasurnya. Monster itu akan
menyelinap dan membisikkan mimpi-mimpi yang menghantui tidurnya. Mimpi tersesat,
diawasi ketika telanjang di ruang pribadinya, dan jatuh lalu lukanya terus
mengeluarkan darah. Tapi dia tidak ingin terus
begitu. Dia ingin belajar lagi. Tentang menerima. Tentang menghargai dan
tentang percaya. Iya dia luka dan dia sakit. Keduanya adalah kemungkinan tidak
bisa dihindari. Tapi meratapinya adalah opsi. Dan dia tidak mau mengambil opsi
itu. Oleh karena itu, dia akan belajar lebih berani untuk menunjukkan
sisi-sisi gelap yang biasanya jadi energinya untuk berlari kepada mereka yang
dia kasihi dan rasa-rasanya mengasihinya juga. Untuk merasa yakin bahwa mereka akan
ada, ketika dia ada di titik yang membuatnya gelisah dan takut. Mereka akan ada
dan menemaninya melalui itu. Mereka akan menularkan hal-hal positif dan
membantunya. Semoga.
p.s: the power of anak-anak~
menghabiskan waktu dengan mereka rasanya seperti pain killer. Alhamduliilah.
Aku ingin makan jeruk sambil nonton Bima, Rayyaan, Auva dan Sabian main
lari-larian di halaman depan kantor. Aku ingin lihat Sabila sehat…. Nggak berkabut.
p.ss: belajar bareng anak
laki-laki kecil dengan pride yang luar biasa membuat aku~ makin~ belajar
mengada dan berada~ Eh, ngomong-ngomong, kamu ada dulu baru mikir, atau kamu
mikir dulu baru kamu yakin kamu ada?
p.sss: “I can bring tears to your
eyes, and resurrect the dead. I’m form in instant but last in lifetime. What am
I?” Ed Nygma.
p.ssss: Semoga selalu diberkahi
nikmat sehat, selalu dilingkupi cahayaNya, ada dalam berkah kasih sayangnya di
mana langkah yang kamu pijak penuh kebaikan dan membawa kebaikan bagi yang
lain..
p.sssss: ditulis dengan lagu
latar: silampukau – aku duduk menanti, sore – cermin, palmz – we loved well, alvvays
– party police.
p.ssssss: peluk.