Thursday 24 September 2015

Surat untuk Rinjani: Tentang Melihat Bagaimana Semesta Bekerja

Kepada Rinjani sayang yang mungkin sedang menghabiskan waktu main catur di taman paling cantik milikNya.

Beberapa waktu ini, sedikit banyak, aku memikirkanmu. Kerap kali di waktu senggang memang, atau beberapa saat sebelum aku terlelap.
Kamu apa kabar? Jangan terlalu banyak jail sama teman-temanmu di sana ya.

Jan, banyak hal terjadi sejak terakhir kali aku menuliskan apa yang menggedor batok kepalaku selantang ini, yang kemudian dengan sedikit serampangan kutujukan padamu. Yes, its been a while. Biasanya aku hanya membisikkannya sambil lalu di sebatang pohon atau menitipkan rahasianya ke siklus bulan. Kamu tahu beberapa waktu ini aku baru saja menemukan diriku menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menatap siklus bulan yang kupikir tak menarik perhatianku sama sekali. Kupikir aku hanya tertarik pada purnama, tapi ternyata aku pun terperangkap di lengkung tipis bulan baru di langit malam. Bahkan aku menemukan bulan di langit pagi pun sama-sama memengaruhi sesuatu di dalam diriku. Dua siklus itu entah mengapa terasa begitu sederhana. Keduanya samar, memang.  Tapi di antaranya aku tetap memikirkan kamu dan sedikit ini dan itu.

So… Here the news:
1. Aku patah hati. Bukan berita baru, but still~
2. Aku lulus kuliah, Jan. Resmi jadi S. Ya, ini butuh waktu lama, aku tahu. Tapi memang butuh agak sedikit lebih lama untuk menciptakan masterpiece. Dan butuh beberapa kekacauan untuk menciptakan bintang yang menari, kan?
Wahahahaha.. pipis kuda. Bercanda, Jan. Jangan kerutkan dahimu begitu. Kamu tahu sendiri aku membutuhkan waktu lama karena aku terlalu malas untuk menulis. Bagian ini, tolong jangan ditiru ya. Kamu harus yakin pada pepatah kuno yang mengatakan bahwa: “Mager (males gerak) itu penyakit.” Ibumu ini sakit akut, jadi kamu jangan tiru ya. Mungkin sebaiknya kamu meniru Nenekmu, the First Lady yang selalu semangat melakukan ini itu dari subuh sampai malam tiba.
ini the First Lady

3. Sekarang aku aktif bekerja di salah satu yayasan dan biro psikologi yang memfokuskan diri di perkembangan anak. Nanti harap maklum jika sedikit-sedikit aku mengecek perkembanganmu ya. Wah, aku juga sedang belajar untuk memilah metode ini dan itu untuk menemanimu belajar nanti. Aku sedang belajar agar tak sekedar sayang padamu, aku harus juga mendidikmu dan mendidik diriku sendiri agar kuat dan tepat guna dalam menjalani hari. (Hm. Tepat guna.)
tempatku bekerja, kebun canda tawa.

4. Sekarang nada bicaraku lebih ada intonasinya, Jan. Lebih ekspresif. Tidak terlalu monokromatik lagi. Kamu tahu, bicara dengan anak-anak di tempatku bekerja sangat menyenangkan. Mereka pendengar yang baik, mereka juga kerap kali membuatku tertawa karena tingkah laku mereka yang sederhana.
rekan gulatku~

5. Aku sekarang sedang berusaha untuk menceritakan hal-hal lewat nada. Rekanku bernama Gabrielle. Mungkin kamu akan berkenalan dengannya. Mungkin. Aku tak bisa memastikan apapun.
dengan Gabrielle~
6. Kusedang menabung dan merencanakan hal-hal. Semoga direstui olehNya. Semoga kamu tak keberatan dengan rencanaku.

Itu kabarnya. Ada beberapa hal remeh temeh juga yang ingin kusampaikan padamu. Tapi ya.. mungkin akan kusampaikan lewat akar pohon yang kutanam saja.

Oiya Jan, aku hendak minta tolong padamu sesuatu. Nanti, jika aku lupa, tolong ingatkan aku untuk terus belajar tentang tulus dan ikhlas. Kamu tau, Jan. Ikhlas dan tidak melakukan apapun adalah hal yang berbeda. Jadi, tolong ingatkan aku untuk IKHLAS dan mengingat bahwa kita ini manusia. MANUSIA, bukan ROBOT.

Jan, Rinjani, Injan Sayang..
Ingatkan aku untuk terus belajar supaya menjadi baik, semakin baik dan bisa berbuat baik untuk orang lain. Sebagai mana kebaikan orang lain membuatku tak merasa tinggal di semesta yang buruk. Hey, the world is fucked up. I know it is. Tapi kuyakin kamu akan selalu bisa melihat kebaikan di antaranya. Sayangku, mari kita belajar berempati bersama. Empati, bukan sekedar simpati. agar kita bisa melihat bahwa semesta ini purna warna. Dan itu yang akan menjadi bahan bakarmu untuk terus berbuat baik.  Kuharap  itu yang akan menjadi bahan bakarmu untuk menegurku jika aku berperilaku keliru. Jika kepalaku sekeras batu ketika kamu berusaha mengigatkanku, tolong jadi lebih keras lagi dan bentur aku menjadi serpihan. Atau bawa aku untuk bercermin, agar kulihat sendiri betapa tidak aduhainya perilakuku. Hiks.

Duh, jika menulis lebih banyak mungkin kamu akan berpikir bahwa aku sedang berusaha untuk membentukmu jadi perempuan punk. Hahahahahaha sialan.

See you, Sayangku. Not so soon, but still, see you. See you when I see you.
Ibumu, Si Kacang Kedelai.

P.s:
Dibuat dengan lagu latar The Paperkites - St. Clarity
P.s.s:
Nggak sabar buat main warna sama kamu nanti. Ayo kita coret-coret tembok ruang baca bapakmu. Hahahaha
P.s.s.s:
Nanti kamu bebas mau panggil aku apa. Asal nggak manggil Ratu Buaya Putih aja. Itu terlalu ekstrim.
P.s.s.s.s:
If you want Him to, please ask Him to knock the door. :)