Ini hari jumat, pukul 21:42 Waktu Indonesia Bagian Barat.
Hari ini isti bani diam di rumah, err not really diam di rumah juga sih. Pergi makan
siang keluar sebentar, karena di rumah gak ada makanan. Mau masak mie instan
tapi niatnya diurungkan dengan alasan : belum mau mati. Oke, itu berlebihan. But
whatever.
Malam ini rencananya saya mengerjakan tugas mata kuliah kesehatan mental. Ya! Sehat mental. Ayo ibu-ibu mentalnya udah sehat belum? Kalau masih suka demam sedikit gak apa-apalah. Wajar.
Tapi, alih-alih mengerjakan tugas, disini lah saya. Tersesat di dunia maya yang mencoba merangkum dunia nyata dalam sebuah balutan akses yang humoris. (humoris menurut saya tentu saja). Balutannya memotong jarak yang dipisahkan lautan, namun membentang jarak yang hanya dipisahkan kecamatan, atau bahkan meja kopi sekalipun. Apa coba ya.
Oh iya, jadi ditengah-tengah baca artikel untuk tugas, dan
buka-buka buku babon kepribadian (introduction to theories of personality by calvin
s. hall and gardner lindzev), juga buku abnormal (abnormal psychology, current
perspective by Lauren b. alloy) kepala saya malah melakukan wawancara imajiner,
dengan pewawancara yang imajiner pula pastinya.
Begini cuplikannya :
X : Halo isti bani, apa kabar?
I : cukupan.
X : cukup apa?
I : cukup lucu, cukup umur.
X : hm.. jadi sekarang apa yang sedang isti bani pikirkan?
I : otak.
X : memangnya otak kenapa?
X : memangnya otak kenapa?
I : tadi baru saja baca artikel, otak beratnya cuma 1,5 kg
dan kenyal seperti jell. Atau seperti tahu. Oke saya lebih suka tahu. Dia sederhana,
lembut dan pengertian. Nah jadi….
X : maaf memotong anda, isti bani. Tapi yang baru saja anda
bahas itu organ tubuh atau manusia? Kok sederhana, lembut dan pengertian?
I : ya organ tubuh yang seperti tahu. notabene ada di dalam
seseorang dan menjadi pusat mengapa dia bisa memiliki kepribadian yang
sederhana lembut dan pengertian dong.
X : hmm. Jadi tahu baik hati?
I : iya, tahu baik hati. Produk olahan kacang kedelai yang
jenius kalau menurut saya.
X : jadi apa kaitannya tahu dan otak?
I : eum.. sama-sama kenyal. Dan otak butuh nutrisi dari
tahu. Dan yang memikirkan bagaimana cara membuat tahu itu otak. Semacam simbiosis
mutualisme. Don’t you think?
X : terserah apa kata anda saja. Lalu sekarang apa yang
menyita banyak waktu anda?
I : entah. Mungkin baca buku. (as always)
X : apa masih sebagai salah satu bentuk anda untuk lari dari
kenyataan?
I : haha, bisa jadi begitu. Tapi itu juga salah satu cara
saya untuk siap menghadapi kenyataan. Seperti yang Jung bilang, kejadian tidak
berarti apapun, kita yang membuat maknanya. Dan makna tersebut selalu artificial.
Jadi ya latihan dulu lah untuk interpretasi banyak hal dari banyak sisi juga.
X : hal-hal yang mengesalkan jadi anda pikirkan ulang,
kemudian membuat makna baru. begitu?
I : kurang lebih begitu.
X : pada saat apa anda memikirkan hal-hal tersebut? Apa anda
menyediakan waktu yang spesifik
I : tentu saja saya menghindari memikirkan hal-hal yang
mengesalkan itu menjelang tidur. Karena kontemplasi menjelang tidur itu seperti
nina bobo yang tak merdu. Membuat anda tidak bisa tidur, dan memperburuk
keadaan. jadi biasanya saya memikirkan kembali hal-hal tersebut dalam keadaan
lelah. kemungkinan besar pasca mengerjakan pekerjaan domestik. Ibu rumah tangga, haha.
X : apa yang paling senang anda kerjakan saat kesal?
I : kalau kebetulan lagi ada di luar rumah, pergi dari
tempat kejadian yang bikin kesal, dan jalan kaki sampe lelah. Melihat orang-orang
di jalan dengan segala kesibukannya membuat saya tenang. Kalau ada di rumah,
pergi ke mesin cuci dan mulai mencuci baju, lalu saat mesin berputar saya akan
mencuci piring atau mengepel lantai. Itu coping stress yang lumayan efektif.
X : coping stress? Anda yakin? Bukan salah satu bentuk dari
mekanisme pertahanan diri?
I : tricky, tapi bisa jadi keduanya. Ya itu adalah cara mekanisme pertahanan diri sekaligus coping
stress untuk saya. Karena mekanisme pertahanan diri adalah bagian dari coping stress.
X : apa yang membuat anda stress, isti bani?
I : entah, banyak hal. Kebanyakan hal kecil. Kebanyakan lagi
sesuatu yang penting. Entahlah. Dalam satu titik saya kadang merasa terlalu
santai menjalani hidup. Dan di sisi lain, saya merasa saya harus santai dalam
menjalani hidup. Saya tidak ingin terburu-buru dan kehilangan detail penting
yang suatu hari nanti di masa depan kemungkinan akan saya sesali. So… lots of
thing come and go on my brain. Its just like a shelter.
X : tapi, kenapa displacement yang anda pilih sebagai
mekanisme pertahanan diri?
I : entah. Mungkin karena saya rasa banyak manfaatnya. Gila aja
kan, saya kesel, kemudian rumah jadi bersih dan rapih. Saya kesal, kemudian
jalan sore. Sehat. Haha. Seriously, mungkin karena saya rasa di dunia ini
semuanya energi. Jadi ya sudah, salurkan saja energinya ke tempat lain, yang
diharap lebih positif ya. Mungkin saya juga melakukan pertahanan diri yang lain
tanpa sadar. Seperti proyeksi dan lain-lain. Namun saya sering merasa kalau
displacement ini lebih menyelesaikan masalah.
X: Apa lagi yang biasanya menghibur anda ketika merasakan sedikit tensi?
I : air putih. minum satu liter air putih. makan jeruk. peluk ibunda. mendengarkan metallica. atau peluk dispenser. ini tidak termasuk fetish kan? haha. galon air dan mesin cuci fond me in some twisted way.
X : apa anda sekarang cemas?
I : lumayan.
X : mengenai hal apa?
I : masa depan. klise, naive. Dan merancang masa depan adalah salah satu
bentuk eskapis. Begitu yang saya baca. Dipikir-pikir betul juga. Apa yang
membuat kamu begitu merasa insecure hingga merencanakan masa depan sebegitu
rupa?
X : hm….
I : jadi, paradox yah. Kita dikatakan berada dalam sebuah
kotak. Tapi sebenarnya kita tidak tahu bentuk dan ukuran kotaknya seperti apa. Apa
kita harus keluar dari kotak ini?
X : er.. entah. Oke, selamat malam isti bani. Segeralah minum
kopi dan redakan distorsi di kepalamu.
I : oh terimakasih. Saya harap begitu pun, kafein. Saya cinta
dia. Dan mencintai dia membuat saya sakit beberapa kali. Ah well, to love is to
suffer anyway ;) selamat malam juga.
p.s : selamat malam. iya, isti bani sedang begitu takut.
p.ss : ditulis sambil #mendengarkan explosions in the sky - it's natural to be afraid (the paper chase mix)
No comments:
Post a Comment