Thursday 17 April 2014

Day 1. Rok yang Kurang Cocok Untuk Diajak Menggelinding

Its been ages since the last time I write something here… dan tiba-tiba kemarin Hani, mengirim pesan singkat yang isinya, “30 days of writing, yuk.” And I thought “Em hell, why not.” Saya sedang dilanda kebosanan akut jadi telat melakukan kalkulasi bahwa perkara 30 hari menulis ini akan membutuhkan dedikasi dan komitmen. Oke, singkatnya setelah saya dengan serampangan menyetujui untuk melakukan 30 hari menulis, Hani mengusulkan 15 topik, dan dia meminta saya untuk mengusulkan 15 topik berikutnya. Ketika saya membalas pesan singkat Hani perihal 15 topik dari 30 hari menulis ini, saya sedang mencuci baju. Tepatnya, saya sedang menjemur rok seragam SMA sepupu saya. Jadi, tanpa pikir panjang, saya menulisnya sebagai topik pertama. Ketika mengetik balasan pesan singkat itu, saya tidak melakukan kalkulasi apapun.. dan akhirnya, di sini lah saya. Dengan kening berkerut. Memikirkan rok.

Rok. Skirt. Dress. Fashion item. Sebelumnya…. Ijinkan saya untuk melakukan sebuah pengakuan. Saya bukan tipe perempuan yang terlalu feminine. Agak boyish. Sedikit. Bahahaha saya ingat ketika SMP saya begitu tomboy. Mengikuti ekstrakurikuler basket, membaca komik di bangku kelas paling belakang, dan mendiskusikan lagu Avril Lavigne dan Simple Plan dengan Hani yang kadar freaknya sebelas duabelas dengan saya. Pada saat itu—glory days—saya hampir selalu mengenakan kaos berwarna hitam dan celana jeans. (well… sekarang juga nggak terlalu jauh dari itu sih. -_-). 

Sampai titik itu, sense of fashion isti bani remaja sampai di sana. Rok? Hanya punya rok sekolah. Kriks. Namun kemudian semua berubah ketika Negara api menyerang…. azzzzzzzz sorry really.. nggak bisa menulis dengan serius. Saya sedang di tengah-tengah mengerjakan laporan magang dan merasa bosan menulis kalimat-kalimat yang serius. So, back to the skirt, semua berubah ketika isti bani masuk SMA, bertemu teman-teman perempuan yang agak normal… kemudian diperkenalkan bahwa di dunia ini ada fashion item selain kaos berwarna hitam.

Mereka mengajari saya what color good with what.. and sort of thing. Jadi sekarang… isti bani di usia 22 tahun memiliki beberapa rok dan mari sebut saja sense of fashion yang saya rasa lebih baik. Oke. Hm. I’m counting and as far as I remember I only own one black skirt that I usually wore to attend psycodiagnostic class, doing presentation thingy. Some dress. Well… 3 dress. Warna hitam (tentu saja), biru (hm..), dan abu (baiklah). Sisanya? Ada beberapa rok terusan vintage lungsuran dari ibu. Dengan motif bunga-bunga….. yang pernah saya canangkan akan saya pakai ke konser Burgerkill. Tapi ternyata, karena alasan keamanan dan ijin dari ibu Negara—neng isye the first lady—rok terusan bunga-bunga vintage itu gagal ada di moshpit.

In case you’re curious, here’s the sneak peak of that floral vintage dress:


Sampai jumpa lagi. Besok. Besoknya lagi, besoknya lagi, besoknya lagi… dan besoknya lagi -_-

No comments:

Post a Comment