Wednesday 30 December 2015

Day 28. Tentang Lagu yang Mengisi Hari

Saya memulai seri 30 hari menulis ini tepatnya tanggal 17 April 2014. Dengan seorang sahabat baik yang saya kenal sejak di bangku SMP. Dia bernama Hani Fauzia Ramadhani. Dulu kami menekuni ektrakurikuler majalah dinding bersama (Cinta AADC banget ga sih? Nunggu momen buat ngomong “Basi, madingnya udah mau terbit", tapi sialnya momen itu nggak pernah muncul), duduk di deret paling belakang (meskipun tidak satu bangku), mendengarkan lagu yang hampir selalu sama (yang liriknya depresif ala ala remaja me against the world sesuatu sesuatu) dan membaca buku yang daftarnya hampir selalu sama pula. Sampai hari ini kami masih berteman baik. Dia masih setia di dunia jurnalisme (betapa ternyata sahabat saya yang satu itu bisa berkomitmen untuk waktu yang lama HAHA). Sedangkan saya sekarang sudah menikmati hari saya di bidang yang jauh berbeda dengannya. Hehe.

Sekarang sudah memasuki penghujung tahun 2015 dan seri ini masih mandek di angka 27. Agak sedikit menyedihkan dan miris. Oleh karena itu, saya berniat untuk menyelesaikan seri inisebelum akhirnya saya harus membeli kalender baru. Meskipun rencana awalan seri ini akan selesai dalam waktu 30 hari, ternyata saya butuh waktu 20 bulan untuk menyelesaikan seri ini. Mungkin ini pengingat, betapa saya masih rawan pada penyakit lupa, penyakit rendah gairah dan penyakit mengubur dengan cara kabur yang ada di dalam diri saya.
Oke. Pengakuannya sampai di sana saja ya~ heu.

Di tulisan ini saya akan bercerita tentang lagu-lagu yang saya dengarkan berulang kali di berbagai situasi. Saya bercermin dan melihat cerminan mereka yang saya kasihi di lagu-lagu ini. Kerap kali, ketika saya ada di kondisi berkabut, tanpa sadar saya menyanyikan lirik-lirik lagunya. Saya bersenandung, kemudian mengingat, kemudian terdiam. Kadang tersenyum, atau kadang berakhir dengan berbagai temali di jantung. Jika saya rangkum, mungkin tahun 2015 saya ada di lagu-lagu ini.

1. Akira Kosemura – Nocturne
2. Bertemusik – Will You Coming Home?
3. Gardika Gigih, Frau, Layur – Tenggelam (I’ll Take You Home)
4. Gregory and The Hawk – Boat and Birds
5. Kaki King – Everything Has an End, Even Sadness
6. KarnaTra – Gadis Hujan
7. Laura Marling – Failure
8. Luluc – Reverie in Norfolk Street
9. Neil Young – Harvest Moon
10. Rachel Sermani – Waltz
11. Sharon Van Etten – Afraid of Nothing
12. The Avett Brothers – Life
13. The Cranberries – Roses
14. The Paperkites – St. Clarity
 15. White Shoes and The Couples Company – Today is No Sunday

Entah lagu-lagu ini lirisnya tahun berapa, yang pasti mereka mengisi hari-hari saya di tahun 2015. 2015 yang rasanya sungguh campur aduk. Campur aduk. Campur aduk. Campur aduk.
Alhamdulillah. Semoga kita selalu diberi kesempatan untuk belajar dan bersyukur. Semoga kita selalu ada dalam berkah kasih sayang dan lindungan Yang Maha Menggenggam semesta dan kita di antara jemariNya. Semoga langkah kita selalu dalam ridhaNya. Semoga apa yang kita jalani sekarang selalu membawa kebaikan, untuk kita, untuk orang di sekitar kita.

Ya. Muhasabahnya sudah selesai. Kalau di kantor, Salsa mungkin kadung kesel gara-gara berdoanya kepanjangan lalu menatap saya dengan tatapan yang jika diterjemahkan akan berbunyi seperti ini: “Bu, sayur daging sapi saya keburu dingin lagi nih nunggu ibu berhenti curhat.”

Heu. Trims.

p.s: ditulis entah sejak kapan di kepala. Ditulis ketika saya rindu. Memikirkan apakah dia terbuai lautan. Apakah dia akan pulang dalam keadaan sehat. Apakah dia akan kembali baik-baik saja. Dan hal lain di antaranya.
p.s.s: saya ingin minum kopi, sekuat dan sepahit yang biasa saya minum di tahun 2013. Namun ternyata nyonya lambung tak kuasa, dia meronta terluka. Masih pantaskah saya jadi peri robusta?
p.s.s.s: kemudian ditulis di antara rekaman petikan gitar yang dikirimkan melalui udara.
p.s.s.s: selamat tidur nyenyak.


No comments:

Post a Comment