Saya memulai seri 30 hari menulis
ini tepatnya tanggal 17 April 2014. Dengan seorang sahabat baik yang saya kenal
sejak di bangku SMP. Dia bernama Hani Fauzia Ramadhani. Dulu kami menekuni
ektrakurikuler majalah dinding bersama (Cinta AADC banget ga sih? Nunggu momen
buat ngomong “Basi, madingnya udah mau terbit", tapi sialnya momen itu nggak
pernah muncul), duduk di deret paling belakang (meskipun tidak satu bangku),
mendengarkan lagu yang hampir selalu sama (yang liriknya depresif ala ala
remaja me against the world sesuatu sesuatu) dan membaca buku yang daftarnya
hampir selalu sama pula. Sampai hari ini kami masih berteman baik. Dia masih
setia di dunia jurnalisme (betapa ternyata sahabat saya yang satu itu bisa
berkomitmen untuk waktu yang lama HAHA). Sedangkan saya sekarang sudah
menikmati hari saya di bidang yang jauh berbeda dengannya. Hehe.
Sekarang sudah memasuki penghujung
tahun 2015 dan seri ini masih mandek di angka 27. Agak sedikit menyedihkan dan
miris. Oleh karena itu, saya berniat untuk menyelesaikan seri inisebelum
akhirnya saya harus membeli kalender baru. Meskipun rencana awalan seri ini
akan selesai dalam waktu 30 hari, ternyata saya butuh waktu 20 bulan untuk
menyelesaikan seri ini. Mungkin ini pengingat, betapa saya masih rawan pada
penyakit lupa, penyakit rendah gairah dan penyakit mengubur dengan cara kabur
yang ada di dalam diri saya.
Oke. Pengakuannya sampai di sana
saja ya~ heu.
Di tulisan ini saya akan
bercerita tentang lagu-lagu yang saya dengarkan berulang kali di berbagai
situasi. Saya bercermin dan melihat cerminan mereka yang saya kasihi di
lagu-lagu ini. Kerap kali, ketika saya ada di kondisi berkabut, tanpa sadar
saya menyanyikan lirik-lirik lagunya. Saya bersenandung, kemudian mengingat,
kemudian terdiam. Kadang tersenyum, atau kadang berakhir dengan berbagai temali
di jantung. Jika saya rangkum, mungkin tahun 2015 saya ada di lagu-lagu ini.
1. Akira Kosemura – Nocturne
2. Bertemusik – Will You Coming
Home?
3. Gardika Gigih, Frau, Layur –
Tenggelam (I’ll Take You Home)
4. Gregory and The Hawk – Boat and
Birds
5. Kaki King – Everything Has an
End, Even Sadness
6. KarnaTra – Gadis Hujan
7. Laura Marling – Failure
8. Luluc – Reverie in Norfolk
Street
9. Neil Young – Harvest Moon
10. Rachel Sermani – Waltz
11. Sharon Van Etten – Afraid of
Nothing
12. The Avett Brothers – Life
13. The Cranberries – Roses
14. The Paperkites – St. Clarity
15. White Shoes and The Couples Company –
Today is No Sunday
Entah lagu-lagu ini lirisnya
tahun berapa, yang pasti mereka mengisi hari-hari saya di tahun 2015. 2015 yang
rasanya sungguh campur aduk. Campur aduk. Campur aduk. Campur aduk.
Alhamdulillah. Semoga kita selalu
diberi kesempatan untuk belajar dan bersyukur. Semoga kita selalu ada dalam
berkah kasih sayang dan lindungan Yang Maha Menggenggam semesta dan kita di
antara jemariNya. Semoga langkah kita selalu dalam ridhaNya. Semoga apa yang
kita jalani sekarang selalu membawa kebaikan, untuk kita, untuk orang di
sekitar kita.
Ya. Muhasabahnya sudah selesai.
Kalau di kantor, Salsa mungkin kadung kesel gara-gara berdoanya kepanjangan lalu
menatap saya dengan tatapan yang jika diterjemahkan akan berbunyi seperti ini: “Bu,
sayur daging sapi saya keburu dingin lagi nih nunggu ibu berhenti curhat.”
Heu. Trims.
p.s: ditulis entah sejak kapan di
kepala. Ditulis ketika saya rindu. Memikirkan apakah dia terbuai lautan. Apakah
dia akan pulang dalam keadaan sehat. Apakah dia akan kembali baik-baik saja.
Dan hal lain di antaranya.
p.s.s: saya ingin minum kopi,
sekuat dan sepahit yang biasa saya minum di tahun 2013. Namun ternyata nyonya
lambung tak kuasa, dia meronta terluka. Masih pantaskah saya jadi peri robusta?
p.s.s.s: kemudian ditulis di
antara rekaman petikan gitar yang dikirimkan melalui udara.
p.s.s.s: selamat tidur nyenyak.
No comments:
Post a Comment