Friday 26 September 2014

Day 18. Perkara Tidur yang Tidak Selalu Mudah

Tidur baginya adalah sebuah tempat teraman yang bisa dia singgahi setelah seharian berlari di lintasan semesta yang melelahkan. Perjalanannya menuju tidur bukan perkara sepele, sebelum tidur dia harus melewati sebuah labirin dengan dinding tanaman mawar merah yang subur penuh duri. Di labirin itu ada sebuah pola berulang, tapi kepalanya yang kecil dan menyedihkan kerap gagal dalam mengingat kembali cara tercepat dan paling sedikit resikonya menuju tempat di mana dia biasa tidur. Tidak jarang dia datang dengan lengan penuh luka karena tergores duri mawar. Ah masih untung baru lengan, bagaimana hatinya? Apa tergores juga? Hm. Jangan tanya (jangan ditanya karena aku tidak tahu pasti kondisi hatinya).

Labirin dengan dinding mawar merah berduri.

Begitulah. Dia kerap datang ke tempat tidurnya dengan luka yang masih mengeluarkan beberapa mili darah segar karena tergores duri mawar merah. Sebelum terlelap, dia kerap meringis karena irisan duri mawar merah itu. Meringis……. jika lukanya banyak, atau luka lamanya tergores luka baru, maka dia kemungkinan besar akan menangis. Sudah biasa melihatnya berjuang sebelum tidur. Meskipun di pagi hari dia tidak pernah mengingat detail perjuangannya melalui labirin mawar merah berduri yang dia lalui setiap malam. Dia hanya akan berkata, “sesungguhnya aku sedikit takut pada sesuatu yang tertidur di dalam diriku. Terkadang dia memintaku untuk menjerit atau menakut-nakutiku dengan sebuah kisah dongeng kelabu dari masa lalu. Terkadang juga jika aku lelah dia berhasil menemukan sebuah pintu ke taman mimpi di mana aku biasa duduk di antara bawah pohon rindang sambil bersantai makan roti gandum. Jika dia berhasil menemukan pintu masuk ke taman mimpiku, maka cuaca akan segera mendung dan langit berhiaskan petir. Dia tahu aku takut petir."

Hening. Jadi, pertanyaannya adalah, apa yang ada di sana? Apa yang tertidur di dalam dirinya? Bagaimana bisa tidurnya berarti kesempatan bagi makhluk itu merangsek bangun dan menggapai ke lapisan sadarnya? Bagaimana bisa dia menemukan cara untuk itu? Padahal ketika tidur semuanya gelap. Bagaimana bisa dia menemukan jalannya tanpa cahaya sedikitpun? Apa karena dia dibesarkan dalam kegelapan, jadi dia tidak butuh cahaya untuk berjalan? Jadi apa keinginan makhluk itu? Kenapa makhluk itu kerap datang? Apa yang harus dilakukannya? Apa dia harus berdamai? Berdamai dengan apa? Berdamai dengan kegelapan? Bagaimana caranya?

Bagaimana?

No comments:

Post a Comment