Friday 13 May 2011

ada musik di dalam.....

Saya suka musik. Well, who doesn’t? kadang saya rasa percakapan lebih banyak terjadi diantara not not itu, diantara nada nada itu. Dan kadang, terasa lebih jujur, lebih nyata. I believe in songs to say things. Mungkin saya berlebihan.

Tapi saya memang suka musik. Dan mungkin malah saya menghabiskan terlalu banyak waktu mendengarkan musik. Tapi kayanya ngga ada istilah terlalu banyak menghabiskan waktu buat yang satu ini. Kadang saya begitu haus. Sampai mengeksplore musik-musik baru. Musisi baru.

Dan telinga saya memang agak-agak nakal. Saya lebih cepat menghitung ketika musik menjadi latarnya, begitu pula dalam menulis dan menyelesaikan tugas-tugas. Itu dia kenapa saya walaupun di dalam kelas (sering kali) mendengarkan musik melalui headset dan membawa secangkir kopi. Itu membantu saya berkonsentrasi, dengan lebih baik…..

Saya memang ngga bisa main alat musik. Dan itu mungkin salah satu penyesalan terbesar saya, ngga belajar main alat musik dari kecil (jangan bertanya soal suara, suara saya seperti penonton dahsyat.. “lala yeyeye, lalalala yeyeye” hahahahaha)
Dan kepayahan saya soal main alat musik lah yang membuat saya merasa harus mengapresiasi orang-orang yang mahir main musik.

Saya kagum, sama mereka-mereka yang bermain musik, dengan hati, karena ini passion mereka, nggak peduli sama pasar yang begitu mainstream dan suka sama musik macam apa.
Saya kagum sama mereka yang mendengarkan isi hati, dan kepala, lalu menuliskan dan memainkannya dalam bentuk nada-nada.

Mendengar musik membuat saya berempati, senang, bahkan gusar. Mendengar lagu instrumental galau bahkan membuat saya nyengir. Dengan alasan yang konyol, “ya tuhan, terimakasih ada orang yang lebih galau dari saya, sampai bisa buat lagu segalau ini…..
Kakak saya bilang kadang musik yang saya denger ngga masuk akal. Dia bilang, musiknya mendengung, dan terlalu galau. Kadang juga begitu ribut, tabrakan, konyol, filosofis, elektronik, tapi juga kadang begitu manis dan lembut.

Dan sebenarnya saya banyak mencoba, berusaha mencari rasa di balik lagu-lagu itu. Apa yang gitar itu bilang, alih alih apa yang si vokalis katakan. Merasakan perasaan dibaliknya. Meraba jiwanya, alih-alih mengenali raganya. Meraba terksturnya. Aduh berlebihan. Astaga. Maaf.
Mungkin kalau dianalogikan pake kopi, mengenali aromanya, daripada rasanya.

Saya percaya, apa yang mereka tulis, dalam lagu, mencerminkan perasaan mereka, mood mereka, pikiran apalagi.
Saya rasa, lagu bagus itu adalah lagu yang berhasil menyampaikan rasanya ke pendengar. Yang membuat pendengar terlarut dan tersesat.

Disekitar saya banyak musisi. Musisi hebat, dengan bakat yang tidak terduga. Saya harap mereka terus berkarya. Dan karya-karya mereka bisa menemani saya. Di kondisi-kondisi tertentu yang orang lain ngga bisa.
Beberapa kali ibu saya mengeluh, “Ah, bani denger lagu aja, ibu dicuekin….”. tapi lebih sering berkomentar, “Deket kamu asik de, lagunya menenangkan sekali…”
That’s exactly what I mean. Music is waaaaaaay cheaper than therapist. Just like coffee. Haha.

Musik itu bahasa. Bahasa verbal, tapi juga non verbal sekaligus..” ujar dosen ilmu pernyataan saya.

*selamat mendengarkan playlist anda hari ini*
atau bahkan,
*selamat bermain komposisi musik*

*cheers :)

1 comment:

  1. yup, tiada waktu yang terbuang sia-sia saat mendengarkan musik.. :-)

    salam kenal ya..

    ReplyDelete