Saturday 28 March 2015

Surat untuk Rinjani: Balon Pikiran Pasca Konser Anak Sungai

Kepada Neng Rinjani yang mungkin sekarang lagi main ucing sumput atau bebentengan di taman indah berwarna mejikuhibiniu milik Yang Maha Pengasih..

Neng, kangen. Seminggu terakhir ini kepikiran kamu aja. Kepalanya akhir-akhir ini lagi ribut terus. Hujan badai kayaknya di dalam kepala. Ingin manggil kamu. Ingin minta ditemani kalau lagi ngerasa sendiri dan berat mengambil langkah. Mungkin kalau ada kamu, akan selalu ada yang menggerakkan, mengingatkan, dan melembutkan kepala yang sekeras batu ini.

Aku sedang cemas, neng. Takut nggak cukup kuat untuk kamu. Takut nggak cukup menyediakan dan menemani kamu merajut harap, mimpi dan asa. Nggak cukup kuat mengingatkan kamu untuk kembali bangun meskipun gravitasi memaksamu jatuh berulangkali. Nggak mampu mengajarkan kamu untuk melampaui dirimu sendiri, karena mungkin faktanya aku sebagai ibu juga nggak bisa melakukan itu. Takut itu kejadian, neng.
Tapi.. kecemasan itu sedikit banyak sudah luruh sekarang, neng. Kayaknya sekarang sudah kembali yakin. Mungkin kamu ketika baca ini berpikir:  “Kenapa luruh cemasnya? Lihat apa? Ngobrol sama siapa? Akhir-akhir ini kan lebih banyak ngomong sama kepala sendiri daripada sama manusia”.

Iya, neng. Memang sekarang aku lagi banyak ngobrol sama kepala sendiri. Tapi ya neng, kemaren teh aku nonton konser launching album deugalih and folks. Cari di lemari kamu deh, ada CDnya, Anak Sungai, yang album artworknya warna hijau. Nah jadi yah pasca konser sedikit banyak, hujan badai di kepalanya mereda. Mungkin sekarang tinggal hujan rintik-rintik. Kenapa coba~ mau tahu kenapa gak, neng?

(oke, kamu gak mau tahu juga aku bakal tetap melanjutkan menulis surat ini, neng. Haha.)

Jadi, ketika konser, saat aku melihat dan mendengar.. aku merasa, aku sedang melakukan komunikasi dua arah dengan mereka. Mereka bicara tentang hidup, tentang proses dan fase yang mereka lalui sampai pada akhirnya lahirlah anak sungai. Anak Sungai yang akan menemani kamu bermain dan belajar nanti.

Aku mendengar, lalu aku mengingatmu, mengingat diriku sendiri, mengingat perempuan yang sangat kusayangi yang menonton konser ini juga dan terus menerus menepuk punggungku saat konser sambil terus berbicara: “sumpah, kang galih keren banget. Gantengan ya”. (Ganggu ya neng, padahal aku lagi konsentrasi mikirin hal-hal, tapi si eta ribut wae. Ya sudah lah, mari lanjut.) 

Neng, aku pikir kamu akan banyak belajar dari album ini, sebagai mana diriku. Di sini mungkin kamu akan banyak bercermin, melihat refleksi dirimu. Lalu saat kamu melihat orang lain, kamu akan kembali bercermin. Kemudian tumbuh dari sana. Jangan lupa untuk terus bercermin, karena itu yang akan terus membuatmu membumi. Dengan begitu kamu akan mampu bersimpati dan berempati. Menghargai perbedaan. Diversity is fine, diversity is good, neng. Nanti kamu menemukan manusia dengan warna, bahasa, dan cara  berkomunikasi dengan tuhannya berbeda dengan kamu. Mungkin kamu juga akan menemukan manusia yang orientasinya berbeda dengan kamu. Tapi tetap, berbuat baik, neng. Jangan berperilaku keliru.

Jangan ragu. Jangan terlalu banyak membuaang waktumu untuk mempertimbangkan hal-hal sepertiku. Kamu harus berani, membela yang kamu yakini benar dan melindungi orang-orang baik yang kamu kasihi. Ingat, dengan bercermin, banyak bercermin, kamu akan bisa mengenali semua sisimu. Jika kamu mengenali semua sisimu, maka gak akan ada orang yang bisa menggunakannya untuk melemahkanmu. Itu juga akan bisa membantumu melewati segala sesuatu. Mengenali semua sisimu, maka kamu akan lebih mudah untuk mengenali semua sisi manusia lain. Dengan begitu, kamu akan dengan mudah berbuat baik untuk mereka.

Remember: be tough, be strong, be kind. Play and dance along with universe~ and ofcourse "we can share our pain, my friend. there'll be no pain at all." :) ily.

ttd.
Peri Robusta, Ibumu, yang kerap kali, lagi-lagi goyang gurita tanpa tahu tempat.

p.s: Neng Rinjani, nanti harus saling jaga ya sama Senja. Meskipun kalian akan tumbuh dengan genre yang bersebrangan, tapi dia saudari kamu (mekipun beda mamak dan beda bapak). Ajarkan juga bagaimana caranya rebel dan bahwa kegelapan melindungi semua warna. HA HA. 

p.s.s: kepada akang-akang yang ada di Deu Galih and Folks, terimakasih sudah berkarya. It really is worth to wait. Saya mengikuti musik kalian dari schizophone, dan juga musik yang dilahirkan solo. DeuGalih: a journey, Galant: about A, Yadi Cubek: Oracle dan.. satu lagi albumnya tapi lupa namanya (yang liriknya the gini: apakah kau *lupa lirik.*, lalu kubisikkan kata cinta.. dan harapan. Hahaha). Terimakasih sudah menemani belajar hal-hal melalui karya. Sebagai adik--ini self claim banget ngaku adik, karena saya lebih muda doang haha--beda bapak beda ibu, saya sangat bangga~ Saya tunggu lagi album keduanya (teasernya oh my god, keren visundhhhhh! gusti allah, paringono sabar buat menanti yang kedua. Yea, sehat selalu. god speed~)

No comments:

Post a Comment