Kepada Neng Rinjani yang mungkin
sekarang lagi main ucing sumput atau bebentengan di taman indah berwarna
mejikuhibiniu milik Yang Maha Pengasih..
Neng, kangen. Seminggu terakhir
ini kepikiran kamu aja. Kepalanya akhir-akhir ini lagi ribut terus. Hujan badai
kayaknya di dalam kepala. Ingin manggil kamu. Ingin minta ditemani kalau lagi
ngerasa sendiri dan berat mengambil langkah. Mungkin kalau ada kamu, akan
selalu ada yang menggerakkan, mengingatkan, dan melembutkan kepala yang sekeras
batu ini.
Aku sedang cemas, neng. Takut nggak
cukup kuat untuk kamu. Takut nggak cukup menyediakan dan menemani kamu merajut
harap, mimpi dan asa. Nggak cukup kuat mengingatkan kamu untuk kembali bangun
meskipun gravitasi memaksamu jatuh berulangkali. Nggak mampu mengajarkan kamu
untuk melampaui dirimu sendiri, karena mungkin faktanya aku sebagai ibu juga
nggak bisa melakukan itu. Takut itu kejadian, neng.
Tapi.. kecemasan itu sedikit
banyak sudah luruh sekarang, neng. Kayaknya sekarang sudah kembali yakin. Mungkin
kamu ketika baca ini berpikir: “Kenapa
luruh cemasnya? Lihat apa? Ngobrol sama siapa? Akhir-akhir ini kan lebih banyak
ngomong sama kepala sendiri daripada sama manusia”.
Iya, neng. Memang sekarang aku lagi
banyak ngobrol sama kepala sendiri. Tapi ya neng, kemaren teh aku nonton konser
launching album deugalih and folks. Cari di lemari kamu deh, ada CDnya, Anak
Sungai, yang album artworknya warna hijau. Nah jadi yah pasca konser sedikit
banyak, hujan badai di kepalanya mereda. Mungkin sekarang tinggal hujan
rintik-rintik. Kenapa coba~ mau tahu kenapa gak, neng?
(oke, kamu gak mau tahu juga aku
bakal tetap melanjutkan menulis surat ini, neng. Haha.)
Jadi, ketika konser, saat aku
melihat dan mendengar.. aku merasa, aku sedang melakukan komunikasi dua arah
dengan mereka. Mereka bicara tentang hidup, tentang proses dan fase yang mereka lalui sampai pada akhirnya lahirlah anak sungai. Anak Sungai yang akan menemani kamu
bermain dan belajar nanti.
Aku mendengar, lalu aku mengingatmu, mengingat diriku sendiri,
mengingat perempuan yang sangat kusayangi yang menonton konser ini juga dan
terus menerus menepuk punggungku saat konser sambil terus berbicara: “sumpah,
kang galih keren banget. Gantengan ya”. (Ganggu ya neng, padahal aku lagi
konsentrasi mikirin hal-hal, tapi si eta ribut wae. Ya sudah lah, mari lanjut.)
Neng, aku pikir kamu akan banyak belajar dari album ini, sebagai mana diriku.
Di sini mungkin kamu akan banyak bercermin, melihat refleksi dirimu. Lalu saat
kamu melihat orang lain, kamu akan kembali bercermin. Kemudian tumbuh dari
sana. Jangan lupa untuk terus bercermin, karena itu yang akan terus membuatmu
membumi. Dengan begitu kamu akan mampu bersimpati dan berempati. Menghargai
perbedaan. Diversity is fine, diversity is good, neng. Nanti kamu menemukan manusia dengan warna, bahasa, dan cara berkomunikasi dengan tuhannya berbeda dengan kamu. Mungkin
kamu juga akan menemukan manusia yang orientasinya berbeda dengan kamu. Tapi
tetap, berbuat baik, neng. Jangan berperilaku keliru.
Jangan ragu. Jangan terlalu
banyak membuaang waktumu untuk mempertimbangkan hal-hal sepertiku. Kamu harus
berani, membela yang kamu yakini benar dan melindungi orang-orang baik yang
kamu kasihi. Ingat, dengan bercermin, banyak bercermin, kamu akan bisa
mengenali semua sisimu. Jika kamu mengenali semua sisimu, maka gak akan ada orang
yang bisa menggunakannya untuk melemahkanmu. Itu juga akan bisa membantumu
melewati segala sesuatu. Mengenali semua sisimu, maka kamu akan lebih mudah
untuk mengenali semua sisi manusia lain. Dengan begitu, kamu akan dengan mudah
berbuat baik untuk mereka.
Remember: be tough, be strong, be kind. Play and dance along with universe~ and ofcourse "we can share our pain, my friend. there'll be no pain at all." :) ily.
p.s: Neng Rinjani, nanti harus
saling jaga ya sama Senja. Meskipun kalian akan tumbuh dengan genre yang
bersebrangan, tapi dia saudari kamu (mekipun beda mamak dan beda bapak). Ajarkan juga bagaimana caranya
rebel dan bahwa kegelapan melindungi semua warna. HA HA.
p.s.s: kepada akang-akang yang
ada di Deu Galih and Folks, terimakasih sudah berkarya. It really is worth to
wait. Saya mengikuti musik kalian dari schizophone, dan juga musik yang
dilahirkan solo. DeuGalih: a journey, Galant: about A, Yadi Cubek: Oracle dan..
satu lagi albumnya tapi lupa namanya (yang liriknya the gini: apakah kau *lupa
lirik.*, lalu kubisikkan kata cinta.. dan harapan. Hahaha). Terimakasih sudah
menemani belajar hal-hal melalui karya. Sebagai adik--ini self claim banget
ngaku adik, karena saya lebih muda doang haha--beda bapak beda ibu, saya sangat
bangga~ Saya tunggu lagi album keduanya (teasernya oh my god, keren visundhhhhh! gusti allah, paringono sabar buat menanti yang kedua. Yea, sehat selalu. god speed~)
No comments:
Post a Comment