Akhir-akhir ini, saya dan
teman-teman seangkatan sedang bergelut dengan tugas akademis yang menjadi…
menjadi apa ya? Menjadi karya terakhir sebelum menyandang beban S.Psi di
belakang nama. Iya gitu beban? Bentar, perkara ini beban atau nggak mungkin
akan saya renungkan lagi nanti. Kapan-kapan, mungkin suatu sore ketika hujan di
tempat yang cukup nyaman untuk menikmati segelas kafein. Ngomong-ngomong soal
kafein, saya terakhir ngopi kapan sih? Kok ngantuk amat.
Eh, kenapa jadi ke sana….. kenapa
jadi ke kopi. Isti bani, kamu harus fokus. Fokus untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Tapi pertanyaan penelitiannya apa? Ini kali… pertanyaan yang pernah
dilemparkan oleh seorang rekan saya: “Ti, kenapa kita harus bikin skripsi?”
….. hening. Tapi seolah yakin,
saat itu saya langsung menjawab: “Karena itu media dan sarana kita buat
belajar. Upgrade skill.”
Skill? Ah.
Saat itu, iya pertanyaan dia
berhenti di sana. Tapi ternyata pertanyaan dia tetap bercokol di kepala saya
untuk beberapa lama. Kenapa yah… harus bikin skripsi? Lalu… muncul pertanyaan
baru, memang kalau harus bikin skripsi kenapa gitu? Nggak sanggup? Takut? Males?
Mungkin akan lahir alesan lain. Excuses… mungkin juga alesan saya muncul:
writer’s block. Meh. Apalah, minta dijitak.
Saya mau cerita babak baru soal ini, soal si skripsi ini. Perjalanannya lucu. Sumpah, lucu… Selama prosesnya… selama proses tawaf ganti variable buat cari judul penelitian yang tetap, di kepala saya terngiang sebuah lagu patah hati kacangan: the cardigans – communication.
Saya mau cerita babak baru soal ini, soal si skripsi ini. Perjalanannya lucu. Sumpah, lucu… Selama prosesnya… selama proses tawaf ganti variable buat cari judul penelitian yang tetap, di kepala saya terngiang sebuah lagu patah hati kacangan: the cardigans – communication.
Saya tawaf di kantor jurusan… di
depan pintu ruangan Ibunda Sri Maslihah, M. Psi, Psi… Ibu Sri… yang cintanya
saya rela tukar dengan salah satu dari tiga permintaan kalau berhasil
mengumpulkan dragonball dan ahirnya summon shenlon. Ibu sri yang membimbing 4
mahasiswa lain yang nampaknya sudah lebih dulu akrab dengan beliau, karena
urusan penelitian atau dinas lainnya. Dan saya? Saya…. Saya hanyalah butiran gula
tepung di donat seribu lima ratus rupiah di klinik lapar. Dan saya, berulang kali…
harus banyak aksi. Untuk menegaskan eksistensi saya di depan Ibu Sri…. “I didn’t really know what to call you, you
didn’t know me at all. But I was happy to explain….”
Kemudian… semua proses bimbingan
proposal itu saya lalui. Tegang. Lumayan. Cukupan. Setiap saya mengajukan variable
baru…
#1. X pada A. Result: Access Denied.
#2. Hubungan X terhadap Y pada A.
Result: Access Denied.
Masih biasa… Stay Cool. Jaga pride. Nggak panik.
#3. Hubungan X dan Z terhadap Y
pada A. Result: Access Denied.
“I never really knew how to move you. So I tried to intrude through the little holes in your veins…”
#4. Hubungan W dan Z terhadap Y
pada A. Result: Access Denied.
Mulai… bingung. Rasa-rasanya ingin mulai menari tari piring di rumah makan Padang, yang uda-nya ternyata rumahnya di Tasik, bukan di Bukit Tinggi. -_-
#5. Hubungan W dan X terhadap Y
pada A. Result: Access Denied.
……. Denied dengan cara yang…. Menyedihkan.
Ibu Sri secara kasual, berjalan melewati isti bani yang sedang duduk santai. Lalu,
tanpa diduga, menoleh ke arah isti bani, kemudian: “Isti, proposal kamu saya
tolak ya… nggak masuk akal.”
Nggak masuk akal? Kaget. Hampir
mental break down. Lalu? Tertawa… Ha..haha…hahaha….
“I’m talking and talking, but I don’t know how to
connect.. And I hold a record for being patient, with your kind of hesitation…
#6. Hubungan V dan W terhadap J pada A.
Diam. Diam. Diam.
Lima hari… nggak ada kabar dari Ibu Sri. Isti bani, reload email setiap lima
menit sekali. Mengirim beberapa sms pada beliau, tak kunjung dibalas…. Lalu…. Pecah……
tumpah……
“I’ll never really learn how to love you… But I know that I love you through the hole in the sky… If this is
communication.. I disconnect . I’ve seen you, I know you, but I don’t know how to connect. So I disconnect...”
Lalu saya
memutuskan untuk menelepon teman satu bimbingan, yang lebih dulu disayang Ibu
Sri.. (ini ngetiknya sambil cemburu.. hahahaha).. Kaget mendengar suara saya
yang kalut, dia berusaha untuk menenangkan saya. Kemudian.. secara ajaib..
setelah saya menelepon dia, Ibu Sri membalas sms saya. Sial. Makin cemburu. Mahahaha.
Ibu Sri meminta saya untuk bersabar, dan menjelaskan… betapa sibuknya beliau… But still, Result: Access Denied.
Jadi, saya bersabar. Menunggu... Lalu, di kamis
pagi yang lumayan dingin, saya melakukan ritual mengecek ponsel. Ada beberapa
sms. Salah satunya dari Bu Sri, masuk ke
ponsel saya pukul satu diri hari. Terharu. Isinya: “Asw, ini isti bani?”. Mahahahaha
saya tertawa. Mendengar ibunda sri mengucapkan—apa mengetik—nama saya, rasanya
sangat aneh. Setengah sadar, saya membalas sms beliau. Lama, tak ada balasan…
lalu saya mengecek kotak terkirim. Ternyata balasan saya bodoh :/ untuk
mengoreksi kebodohan saya, saya menelepon ibunda Sri. Lalu kami berjanji untuk
bertemu di kampus. Aih…. Deg-degan.
Dan…… pertemuan
kami… singkat. Namun padat makna. (apalah istibani…. diksi kamu, kenapa?) Eh tapi serius. 10 menit,
pasca saya uas lisan metode penelitian kualitatif, dan pasca ibunda Sri menjadi
penguji di sidang skripsi, kami bertemu.. dan Ibunda Sri bilang sesuatu yang
intinya: “Kamu, mendekat. Berjalanlah di bawah payung penelitian saya.”
Kyaaaaaaa~~~~~~ (Sebenarnya untuk beberapa detik, karena frase payung
penelitian, di kepala saya berputar lagu payung teduh. Ck. Brain. “Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata,
ketika kita berdua. Hanya aku yang bisa bertanya, mungkinkah, kau tau jawabnya?”)
Lalu, jadilah…
dengan bekal yang diberikan Ibunda Sri, saya mencoba. Melakukan percobaan ke
#7. Hubungan F dan G pada B. Access: Granted.
SUBHANALLAH! Ibunda
Sri, bilang, “Sip, sudah bagus. Sidang Februari ya… Tapi, perjelas latar
belakang. Jangan lupa input data dari jurnal nasional mengenai mengapa B butuh
F.”
Haaaaaaaaa ibu…
Terharu sih. Kemarin, setelah Ibunda Sri bilang bisa maju sidang, saya…
nyengir. Padahal perjalanan masih panjang. Tapi rasanya… Lebih ringan… :)
Dan, si kepala
yang hobi banget ngisi soundtrack, memutar lagu ini untuk saya: Munchausen
Trillema – If Loving You Is Heartbreaking. Iya, mencintai
ibu Sri beberapa kali membuat saya patah hati. Membuat saya bingung harus
melakukan apa. Tapi, seperti lirik lagunya, “This is love I thought, Isn’t it? When you notice someone absence and
you hated it. More than anything. More than you love his presence…”
Iya, datang
bimbingan, kemudian melihat proposal saya diperlakukan seperti kartu remi untuk
main poker memang sedikit nyelekit. Tapi, Ibu Sri yang nggak membalas pesan
singkat saya, Ibu Sri yang sulit ditemui… lebih membuat saya…. Kalut. Haha. Jadi, so be
it! Saya, sekarang (sepertinya) lebih siap untuk stage berikutnya. Bab 1, Bab 2
dan bab berikutnya. Karena apa? Karena sesungguhnya, Ibu Sri… “If
loving you is heartbreaking, so be it.”
Ehehehe… Maap
panjang. Balik lagi ke paragraf pertama. Perkara menulis skripsi itu…
sepertinya kurang lebih upgrade skill. Kira-kira, untuk saya.. segala perkara
dan proses yang terjadi di antaranya, membuat saya belajar untuk menghargai dan
menaati system. Mencoba untuk sabar. Dan menghargai prosesnya. Nggak semua yang
saya mau bisa saya dapatkan secara instan. Nggak semua yang saya mau, saya dapatkan
dengan cara saya. Kadang, ada cara lain yang sudah disiapkan Dia yang Maha. Dan
saya sedang menikmati menjadi bidak yang diikat system. Bidak di semesta yang
buta aksara, tapi Dia yang Maha Berencana, nggak buta aksara… Jadi, istibans
harus belajar sabar buat baca. Pelan-pelan. Pelan-pelan. Melalui perantara
Ibunda Sri Maslihah, mudah-mudahan saya belajar ini itu…………… huhu. Mudah-mudahan, beneran jadi upgrade skill.... Supaya healing pointnya meningkat.
Kepada Bapak:
Tenang, pesannya masih saya pegang. Si perkara lulus empat tahun akan
diusahakan. Ini mau serius juga kok. Lagi manasin mesin. Tungguin yah. Hehe.
Bapak, kok kurusan? Ish, anaknya gendutan nih di Bandung. Makan yang banyak,
tapi jangan gule aja. Makan jeruk, satu kilo. Hahahahaha selamat tanggal 25. Langit lagi cerah, bintang banyak banget, lagi genit kedip-kedip. Bulan lagi deket bumi, jadi air laut pasang. Mungkin jadi ngaruh ke kondisi tubuh, cairan tubuh ikutan pasang? Apa jadi surut? Ah... Nggak yakin. Bapak jaga kesehatan, minum yang banyak yaaah. :D
p.s: happy reading. :)
p.ss: doakan mudah-mudahan isti bani nggak usah sampai memutar lagu The Cranberries - Linger di depan ruangan Bu Sri. Haha
p.s: happy reading. :)
p.ss: doakan mudah-mudahan isti bani nggak usah sampai memutar lagu The Cranberries - Linger di depan ruangan Bu Sri. Haha
No comments:
Post a Comment